“Saya hanya menunjukkan bahwa pelemahan rupiah itu tidak otomatis mengganggu investasi. Semester I kita naik 16,6%. Kemudian izin prinsip naik 40%. Khusus industri baja itu naiknya 100% realisasinya,” ungkap dia di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (25/8/2015).
Franky pun mengatakan, bahwa saat ini justru adalah momentum yang baik bagi investor dalam negeri untuk merealisasikan rencana investasinya. Franky mengarahkan agar investasi yang dilakukan sebaiknya ditujukan pada industri-ndustri yang menyasar pasar ekspor seperti baja dan semen.
Franki pun menegaskan bahwa perkatannya ini bukan sekedar omong kosong. Pasalnya, ia baru saja mengunjungi sekitar 54 proyek di beberapa tempat di Indonesia. Kebanyakan dari mereka berorientasi ekspor dan justru di tengah pelemahan Rupiah ini industri-industri tersebut tetap mampu mendulang pendapatan yang tidak sedikit.
“Kalau kita berorientasi ekspor, di sini momentumnya ada. Karena dari 54 project yang kita datangi, BKPM itu ternyata bisa menghasilkan US$ 3,4 miliar per tahun ekspornya. Itu macam-macam sektor bisnisnya. Ada garment, karet, pengolahan ikan, komponen, produk nikel dan lain-lain,” pungkasnya,” pungkas dia.
(dna/rrd)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com
—
Distribusi: finance.detik
Speak Your Mind