Rupiah Loyo, Banyak Industri Rumahan di Probolinggo Gulung Tikar

Probolinggo -Dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) membuat sebagian besar pemilik home industry (industri rumahan) di Kabupaten Probolinggo resah. Sebab, banyak bahan baku industri yang masih impor terpengaruh fluktuasi nilai tukar dolar AS.

Seperti industri rumahan kaca grafir di Desa Asembagus, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, selama 4 bulan terakhir ini sepi peminat dan berhenti berproduksi. Sehingga saat ini sudah mau gulung tikar.

Padahal, produk kaca dari Desa Asembagus ini sudah tersebar hingga Jember, Pasuruan, dan Bali.

“Selama 4 bulan ini kami mengalami penurunan produksi sangat drastis, faktor utama adalah dampak dari nilai tukar rupiah terhadap dolar, karena bahan baku kaca grafir yang kami gunakan sebagian mengikuti harga nilai tukar rupiah ke dolar,” tutur Umar (30) pemilik perusahaan kaca grafir, Rabu (19/8/2015).

Umar mengatakan, bahan baku yang mengikuti harga nilai tukar dolar adalah kaca kuningan sebagai pelengkap utama untuk kaca grafir. Produk ini ia ambil dari Surabaya.

”Harganya sekarang hampir mencapai Rp 40.000 per lonjor, yang sebelumnya hanya Rp 23.000 per lonjor. Untuk saat ini kami hanya melayani ketika ada pemesanan saja, dan hasilnya pun tidak seberapa. Kalau sebelumnya kami produksi sampai lembur setiap hari,” jelas Umar.

Sebelum nilai tukar dolar AS meroket, kata Umar, ia bisa meraup omzet hingga lebih dari Rp 20 juta tiap bulan. Namun setelah dolar mulai naik, omzetnya turun drastis menjadi hanya Rp 1,5 juta.

”Dengan omzet seperti itu, kami tidak mampu meneruskan. Karena untuk gaji karyawan saja tidak mencukupi. Bahan bakunya mengikuti harga dolar, seperti kaca kuningan yang diutamakan, yang sangat utama lagi, peminatnya saat ini menurun drastis,” sebutnya lagi.

Umar mengaku ekonomi saat ini memang sedang dalam masa sulit. Banyak industri yang tidak mampu menjual produk yang sudah dihasilkan.

“Hal seperti ini tidak hanya terjadi pada saya saja, melainkan juga terjadi terhadap home industry lainnya di Kabupaten Probolinggo. Kondisi ini sangat berat, apalagi bagi industri yang bahan bakunya mengandalkan impor sedangkan menjualnya di dalam negeri, akhirnya rugi. Apalagi sekarang ini daya beli masyarakat turun,” ujarnya.

(ang/ang)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*