Rupiah 'Loyo', Agus Marto Paparkan Penyebabnya

Jakarta -Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan dalam beberapa hari terakhir. Bahkan dolar sempat diperdagangkan di level Rp 12.200.

Agus Martowardojo, Gubernur Bank Indonesia (BI), menyebutkan terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab pelemahan rupiah. Pertama adalah sentimen global, terkait potensi kenaikan suku bunga di AS dalam waktu dekat.

“Faktor luar negeri sangat dominan. Terutama terkait ekonomi AS dan perkiraan bunga akan meningkat,” katanya kala ditemui di Komplek Perumahan Bank Mandiri, Jakarta, Minggu (5/10/2014).

Selain itu, lanjut Agus, pelaku pasar juga memperhatikan neraca perdagangan Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Agustus 2014 mengalami defisit US$ US$ 318,1 juta. Padahal, bulan sebelumnya neraca perdagangan sempat surplus US$ 0,13 miliar.

“Ada juga faktor melemahnya kembali neraca perdagangan,” ujarnya.

Kemudian, tambah Agus, faktor politik dalam negeri juga menjadi perhatian investor. Komposisi di DPR yang dikuasai oposisi dari Koalisi Merah Putih dinilai membuat pemerintahan baru di bawah presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) akan kerepotan. Bisa jadi kebijakan-kebijakan pemerintah akan sulit mendapat restu dari Senayan.

“Faktor domestik memang berperan. Namun yang lebih berperan luar negeri. Ini terlihat pelemahan rupiah sama seperti mata uang regional yang melemah,” terang Agus.

Menurut Agus, permasalahan ini harus ditangani bersama. Terutama dari sisi fiskal yang masih tertekan oleh impor bahan bakar minyak (BBM) yang sangat besar sehingga membebani neraca perdagangan serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

“Menjadi pekerjaan bersama untuk memperbaiki fundamental ekonomi dan pelaksanaan reformasi struktural. Salah satunya penyikapan soal impor BBM yang banyak menekan fiskal,” tegasnya.

(mkl/hds)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*