Rupiah Letoy, IHSG Bertahan Positif

INILAHCOM, Jakarta – Dalam sepekan terakhir, laju IHSG menguat 0,88% di tengah laju nilai tukar rupiah yang kian terperosok. Pasar memanfaatkan murahnya saham dengan akumulasi. Seperti apa?

IHSG selama sepekan kemarin mengalami penguatan 43,27 poin (0,88%) atau lebih tinggi dari sebelumnya yang melemah 79,15 poin (-1,59%). Semua indeks utama mayoritas menguat yang dipimpin indeks JII (1,46%), IDX30 (1,27%) diikuti indeks LQ45 dan MBX yang masing-masing naik 1,10%, dan indeks utama lainnya kecuali indeks DBX (-0,70%).

Sementara indeks sektoral cenderung variatif. Penguatan dipimpin indeks perdagangan yang naik 2,65%; dan diikuti indeks konsumer (2,33%) dan indeks industri dasar (2,14%). Sementara pelemahan dialami oleh indeks properti (-1,56%), dan indeks infrastuktur (-0,87%).

“IHSG mampu naik tipis sepanjang sepekan kemarin. Setelah terkena aksi jual lebay pada akhir Mei kemarin, IHSG mencoba untuk kembali naik di mana pelaku pasar memanfaatkan pelemahan tajam tersebut untuk kembali mengakumulasi,” katanya kepada INILAHCOM, di Jakarta, Minggu (8/6/2014).

Akan tetapi, lanjut dia, penguatan yang terjadi sepanjang pekan kemarin memang dirasa kurang signifikan karena diiringi sejumlah sentimen negatif. “Terutama, dari masih longsornya nilai tukar rupiah kita menanggapi rilis membesarnya defisit perdagangan dan imbas dari sentimen global,” ujarnya.

Sepanjang pekan kemarin, asing kembali mencatatkan net buy Rp1,17 triliun atau lebih tinggi dari sebelumnya yang tercatat net sell Rp465,15 miliar. “Jika dihitung sejak awal tahun sampai dengan pekan kemarin posisi asing tercatat net buy sebesar Rp40,99 triliun atau lebih tinggi dari pekan sebelumnya Rp39,82 triliun,” papar dia.

Lebih jauh dia menjelaskan, meski sempat bergerak melemah pasca merespons negatif rilis inflasi dan neraca perdagangan, akhirnya laju IHSG di awal pekan dapat ditutup positif seperti harapan sebelumnya. “Terutama dengan masih adanya net buy asing dan cenderung positifnya laju bursa saham Asia yang terimbas kenaikan bursa saham AS sebelumnya. IHSG pun tidak tinggal lama di zona merah,” tuturnya.

Di sisi lain, lanjut dia, masih terus melemahnya laju rupiah sempat menahan laju IHSG meski akhirnya dapat kembali ke zona hijau dengan dukungan aksi beli tersebut. “Meningkatnya aksi beli para investor, terutama asing yang sempat mencatatkan net buy meskipun pada akhirnya kembali mencatatkan net sell tipis masih menopang hijaunya IHSG,” ucapnya.

Penguatan IHSG seiring aksi beli pada saham-saham konsumer, perdagangan, pertambangan, dan lainnya. “Selain itu, masih positifnya sejumlah bursa saham utama Asia turut memberikan tambahan angin segar bagi IHSG,” tandas dia.

Di hari lain, terdapat sentimen positif dari pernyataan Menteri Keuangan di mana laju defisit kuartal II-2014 tidak akan seburuk tahun lalu dan ekspektasi peningkatan kredit konsumsi perbankan. “Akan tetapi, hal itu belum mampu menghalau aksi jual yang terjadi,” ungkap dia.

Aksi jual ditenggarai karena masih merespons negatifnya laju rupiah yang masih melanjutkan penurunannya. “Selain itu, variatif mulai tertahannya laju bursa saham Asia juga turut menahan IHSG,” kata dia.

Jelang akhir pekan, pergerakan IHSG menguat di menit-menit terakhir. Padahal sepanjang sesi perdagangan, pergerakan IHSG lebih banyak menghabiskan waktu di zona merah. “Pelemahan yang terjadi saat itu merupakan kombinasi dari imbas pelemahan bursa saham Asia yang merespons negatif rilis data-data China dan khawatir terhadap pertumbuhan ekonominya,” ucapnya.

Lalu, sentimen dari pelemahan lanjutan rupiah terimbas terdepresiasinya Euro karena aksi wait & see jelang European Central Bank (ECB) meeting yang diikuti dengan kembalinya asing mencatatkan net sell. “Di akhir pekan pun, IHSG hanya menguat tipis karena sikap menahan diri pelaku pasar,” imbuhnya. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*