Rupiah Keok oleh Sentimen Suku Bunga The Fed

INILAHCOM, Jakarta Dalam sepekan terakhir, nilai tukar rupiah gagal bertahan di zona positif. Salah satunya pemicunya adalah pasar yang berpaling ke dolar AS seiring ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed akhir tahun ini.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang dilansir Bank Indonesia (BI), niliar tukar rupiah dalam sepekan terakhir melemah 25 poin (0,18%) ke posisi 13.329 pada pekan yang berakhir Rabu (15/7/2015) dibandingkan akhir pekan sebelumnya di angka 13.304 per dolar AS pada Jumat (10/7/2015).

“Jelang libur Lebaran, rupiah kian melemah,” kata Reza Priyambada, kepala riset NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI) kepada INILAHCOM, di Jakarta, Selasa (21/7/2015).

Pascamenguat, laju rupiah kembali mengalami pelemahan meski tipis. Sempat adanya kekhawatiran akan kembali gagalnya pengajuan proposal reformasi anggaran dari Yunani yang diajukan kepada para kreditur membuat laju ruro sempat melemah.

Pelaku pasar yang melakukan langkah antisipasi langsung melakukan aksi jual dan kembali beralih pada dolar AS. Akan tetapi, mulai meredanya gejolak keuangan di Tiongkok turut menguatkan laju yuan China sehingga dapat mengimbangi pelemahan euro. “Pelemahan rupiah pun dapat tertahan,” ujarnya.

Di hari lainnya, pergerakan rupiah pun tidak mampu mengikuti skenario untuk dapat bergerak positif sepanjang perdagangan untuk melanjutkan penguatan sebelumnya. “Laju rupiah kembali melemah di hari kedua pekan ini,” tuturnya.

Untuk saat ini, kekhawatiran akan keluarnya Yunani dari Zona Euro dan tidak tercapainya kesepakatan dana talangan mulai berkurang. Meski kembali muncul berita dari Yunani yang dihadapkan pada utang jatuh tempo IMF namun, tampaknya tidak terlalu direspons negatif karena pelaku pasar memiliki persepsi utang tersebut akan dimasukan dalam kesepakatan dengan IMF sehingga akan berbarengan penyelesaiannya.

Dengan meredanya kekhawatiran di Zona Euro, perhatian pelaku pasar teralihkan ke sentimen The Fed. Akibatnya laju dolar AS kembali menguat dan berimbas pada pelemahan rupiah. “Tidak jauh berbeda dengan IHSG, jelang libur Lebaran laju rupiah kembali melanjutkan pelemahannya,” papar dia.

Kembali menguatnya laju dolar AS memberikan imbas negatif pada rupiah. Apalagi sentimen dari internal berupa rilis neraca perdagangan yang mengalami surplus tidak cukup membantu penguatan rupiah. “Kami melihat susahnya rupiah berbalik menguat disebabkan surplus neraca perdagangan yang lebih rendah dari sebelumnya dan penurunan nilai ekspor-impor dibandingkan rilis sebelumnya,” ungkap dia.

Kondisi berbeda diperlihatkan oleh yuan yang mampu mengimbangi dolar AS seiring kenaikan tipis pada data-data ekonominya seperti retail sales, GDP growth rate, dan fixed asset investment.

Laju rupiah selama sepekan mampu tertahan menuju target support Rp13.450. “Arah berikutnya, rupiah berpeluang melaju dalam kisaran support-resisten Rp13.408-13.365per dolar AS mengacu pada kurs tengah BI,” imbuhnya. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*