Rupiah Jadi Tekanan Negatif di Pasar Obligasi

INILAHCOM, Jakarta-Dalam sepekan terakhir, rata-rata harga obligasi alami pelemahan akibat imbas negatif dari merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Begitu juga dengan persepsi tentang perlambatan ekonomi global.

Reza Priyambada, kepala riset NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI) mengatakan, laju pasar obligasi sepanjang pekan kemarin masih menunjukkan pelemahan. “Kondisi ini tidak berbeda jauh dari perkiraan kami sebelumnya yang masih mengkhawatirkan akan potensi terjadinya pelemahan jika tidak didukung oleh sentimen yang ada,” katanya kepada INILAHCOM di Jakarta, Minggu (27/9/2015).

Pelemahan pada sejumlah laju pasar obligasiregional terimbas laju negatif pada pasar obligasi global seiring responspelaku pasar akan tidak berubahnya keputusan The Fed. “Pelaku pasar menilai keputusan The Fed tersebutmelihat masih lambatnya potensi pemulihan ekonomi,” ujarnya.

Keputusan the Fed untuk tidak menaikkan suku bungajuga menunjukkan tingginya risiko ekonomi global dan perlambatan inflasi di AS. “Akibatnya, pelemahan pada laju pasar obligasi pun tidak terhindarkan seiring aksi jual para pelaku pasar,” tuturnya.

Di sisi lain, meski harga obligasi telah di bawah par namun, tidak banyak pelaku pasar yang melakukan tranksaksi pembelian.Tidak hanya pada obligasi pemerintah, pada obligasi korporasi laju yield masih menunjukan peningkatan.

Peningkatan tersebut seperti yang terjadi dengan rating AA dimana di pekan sebelumnya di kisaran 11,60%-11,65%untuk tenor 9-10 tahun namun, di pekan kemarin pergerakannya kembali di kisaran 12%-12,10% seiring pelemahan yang terjadi dalam perdagangan hariannya.Dari sisi makroekonomi, laju pasar obligasi lebih banyak dipengaruhi kondisi dalam negeri terutama oleh pelemahan nilai tukar Rupiah,” ucapnya.

Meski di akhir pekan menguat, secara mingguan harga obligasi pemerintahcenderung masih melemah secara mayoritas meski ada beberapa yang menguat yang terefleksi dari naiknya yield untuk semua tenor. Kenaikan yield rata-rata yang terbesar diraih oleh obligasi tenor pendek (1-4 tahun).

Kelompok tenor pendek (1-4 tahun) mengalami kenaikan rata-rata yield 28,99 bps; tenor menengah (5-7 tahun) mengalami kenaikan yield sekitar 22,17 bps; dan tenor panjang (8-30tahun) mengalami kenaikan yield tipis 11,08bps.

Terlihat obligasi pemerintah seri benchmark FR0069 yang memiliki jatuh tempo 4 tahun cenderung melemah harganya hingga 47 bps. Sementara dengan FR0070 yang memiliki jatuh tempo 9 tahun melemah harganya hingga 10,22 bps.

Pemerintah Indonesia telah melakukan lelang penjualan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara pada hari Selasa, tanggal 22 September 2015. Seri-seri SBSN yang akan dilelang adalah SBSN berbasis proyek (Project Based Sukuk) yaitu seri PBS006 (reopening) dengan imbalan 8,25%, PBS008 (reopening) dengan imbalan 7,00%, dan PBS009 (reopening) dengan imbalan 7,75%.

Selain itu juga dilelang Sukuk Negara dengan seri SPN-S 09032016 (reopening) dengan imbalan diskonto untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2015.

Di pekan kemarin, nilai permintaan yang diminta pelaku pasar lebih rendah dari lelang SBSN sebelumnya. Meski sentimen di pekan kemarin masih terdapat sentimen negatif namun, permintaan akan lelang SBSN masih dapatmelampaui target indikatifnya.

Adapun jumlah SBSNyang dilelang masih sama dengan sebelumnya. Lelang SBSNyang terserap lebih banyak pada tenor jangka pendek yang terlihat dari besaran bid to cover-nya. Dalam lelang kali ini, total permintaan yang masuk mencapai Rp4,67 triliun, lebih rendah dibandingkan lelang SBSNperiode sebelumnya, Selasa(8/9) yang mencapai Rp4,85 triliun.

Pada lelang kali ini, lelang berhasil diserap Rp2,19 triliun atau lebih tinggi tipis dari target indikatif yang ditetapkan sebelumnya sebesar Rp2 triliun. Pemerintah memenangkan semuaseri SBSN.

Adapunseri yang dimenangkan a.l seri SPN-S09032016 dengan permintaan yang masuk dari investor Rp1,15 triliun. Imbal hasil terendah yang masuk sebesar 6,88% dan Imbal hasil tertinggi 8,00%. Seri ini diserap Rp445 miliar dengan Imbal hasil rata-rata tertimbang 8,94% dan tingkat imbalan diskonto.

Kemudian, seri PBS006mengalami permintaan Rp810 miliar dengan Imbal hasil terendah 8,91% dan Imbal hasil tertinggi yang masuk 9,50% serta diserap Rp580 miliar. Seri PBS008 mengalami permintaan Rp926 miliar dengan Imbal hasil terendah 7,50% dan Imbal hasil tertinggi yang masuk 8,56% serta diserap Rp425 miliar.

Terakhir, seri PBS009 dengan permintaan yang masuk dari investor Rp1,78 triliun dan diserap Rp735 miliar dengan Imbal hasil rata-rata tertimbang 8,45% dan tingkat imbal hasil 7,75%. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*