Rupiah Gagalkan Penguatan Pasar Obligasi

INILAHCOM, Jakarta-Pelemahan nilai tukar rupiah ditengarai sebagai penyebab gagalnya penguatan di pasar obligasi. Selain itu, pasar juga menanti kepastian suku bunga The Fed. Seperti apa?

Reza Priyambada, kepala riset NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI) mengatakan, masih melemahnya nilai tukar rupiah sepanjang pekan kemarin masih menjadi penghalang laju pasar obligasi untuk dapat berbalik menguat. “Tekanan aksi jual masih dirasakan pasar obligasi dan bahkan lebih tinggi dari pekan sebelumnya yang terlihat pada lonjakan yield untuk berbagai tenor,” katanya kepada INILAHCOM di Jakarta, Minggu (30/8/2015).

Meski laju IHSG telah mengalami penguatan sejak pertengahan pekan, tampaknya belum sepenuhnya diikuti oleh laju pasar obligasi yang dapat juga menguat. “Sama seperti pekan sebelumnya dimana pada pasar obligasi, pelaku pasar belum mendapatkan sentimen positif yang dapat dijadikan pegangan mereka,” ujarnya.

Kepercayaan diri pelaku pasar tampaknya masih rendah untuk kembali masuk dan memborong sejumlah obligasi, baik pemerintah maupun korporasi. Padahal, harga beberapa obligasi tersebut telah di bawah par nya.

Belum adanya keputusan kapan Fed Rate naik padarapat the Federal Open Market Committee (FOMC) memberikan ketidakpastian baru. “Apalagi di pekan kemarin juga dirilis penurunan suku bunga Yuan yang berimbas pada turunnya kembali Yuan,” tuturnya.

Imbasnya,tentu ke Rupiah dan diresponsnegatif pelaku pasar obligasi.Kondisi yang adanya pun di pekan kemarin kurang lebih sama dimana maraknya sentimen negatif membuat pelaku pasar cenderung melakukan aksi jualnya.

Pelemahan lanjutan pun tak terhindarkan yang terlihat dari pergerakan tenor obligasi yang cenderung meningkat hampir di seluruh tenor. Di sisi lain, meski di akhir pekan laju rupiah menguat namun, belum mampu menghapus penurunan sebelumya sehingga aksi jual tak terhindarkan sehingga kian menghambat pasar obligasi dapat bergerak positif.

Tidak hanya pada obligasi pemerintah, pada obligasi korporasi laju yield cenderung meningkat tipis seperti yang terjadi dengan rating AA dimana di pekan sebelumnya di kisaran 11,45%-11,50% untuk tenor 9-10 tahun namun, di pekan kemarin pergerakannya tidak jauh berbeda dari kisaran tersebut.

Dari sisi makroekonomi, laju pasar obligasi kali ini dipengaruhi kondisi dalam negeri terutama berupa pelemahan nilai tukar Rupiah dan belum adanya sentimen positif dari dalam negeri.

Harga obligasi pemerintahcenderung masih melemah secara mayoritas meski ada beberapa yang menguat yang terefleksi dari naiknya yield untuk semua tenor. Kenaikan yield rata-rata yang terbesar diraih oleh obligasi tenor pendek(1-4tahun).

Kelompok tenor pendek (1-4 tahun) mengalami kenaikan rata-rata yield 16,90bps; tenor menengah (5-7 tahun) mengalami kenaikan yield sekitar 11,63bps; dan tenor panjang (8-30tahun) mengalami kenaikan yield hingga 16,19bps.

Terlihat obligasi pemerintah seri benchmark FR0069 yang memiliki jatuh tempo 4 tahun mampu berbalik naik tipis hingga 28,28bps. Sementara dengan FR0070 yang memiliki jatuh tempo 9 tahun naikharganya hingga 66,88bps.

Di pekan kemarin Pemerintah telah melelang penjualan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara pada hari Selasa, tanggal 25 Agustus 2015. Seri-seri SBSN yang dilelang adalah SBSN berbasis proyek (Project Based Sukuk) yaitu seri PBS006 (reopening), PBS008 (reopening), dan PBS009 (reopening).

Selain itu jugadilelang Sukuk Negara dengan seri SPN-S 05022016 (reopening) untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2015. Adapun imbalan yang ditawarkan, untuk seri SPN-S05022016 sebesar diskonto; PBS006 sebesar 8,25%; PBS008 sebesar 7,00%; dan PBS009 sebesar 7,75%. Adapun target indikatif yang direncanakan ialah sebesar Rp2,5 triliun.

Di pekan kemarin, nilai yang ditawarkan lebih rendah dari lelang SBSN sebelumnya. Meski sentimen di pekan kemarin masih terdapat sentimen negatif namun, permintaan akan lelang SBSNcukup tinggi dan bahkan mampu melampaui target indikatifnya.

Meskijumlah SBSNyang dilelang masih sama seperti lelang SBSN sebelumnya namun, nilai penawarannya lebih rendah. Lelang SBSNyang terserap lebih banyak pada tenor jangka pendek.

Dalam lelang kali ini, total permintaan yang masuk mencapai Rp6,31 triliun, lebih rendah dibandingkan lelang SBSNperiode sebelumnya, Selasa(11/8) yang mencapai Rp 11,83 triliun. Pada lelang kali ini, lelang berhasil diserap Rp2,5 triliun atau sama dengan target indikatif yang ditetapkan sebelumnya sebesar Rp2,5 triliun.

Pemerintah memenangkan semuaseri SUN. Adapunseri yang dimenangkan a.l seri SPN-S05022016 (reopening) dengan permintaan yang masuk dari investor Rp 2,13 triliun. Imbal hasil terendah yang masuk sebesar 6,66% dan Imbal hasil tertinggi 7,50%. Seri ini diserap Rp560 miliar dengan Imbal hasil rata-rata tertimbang 6,75% dan tingkat imbalan diskonto.

Kemudian, seri PBS006(reopening) mengalami permintaan Rp632 miliar dengan Imbal hasil terendah 8,87% dan Imbal hasil tertinggi yang masuk 9,06% serta diserap Rp530 miliar. Seri PBS008 mengalami permintaan Rp1,61 triliun dengan Imbal hasil terendah 7,25% dan Imbal hasil tertinggi yang masuk 8,44% serta diserap Rp 460 miliar.

Seri PBS009 dengan permintaan yang masuk dari investor Rp 1,95 triliun dan diserap Rp 950 miliar dengan Imbal hasil rata-rata tertimbang 8,23% dan tingkat kupon7,75%.[jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*