Rupiah Ditutup Menguat ke Posisi Rp 13.880/USD

shadow

Benzano – Laju nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu (27/1) sore, menguat lima poin menjadi Rp 13.880 per dolar AS dibandingkan sebelumnya Rp 13.885 per dolar AS.  Kurs rupiah bergerak menguat terhadap dolar AS meski terbatas, pelaku pasar cenderung masih wait and seeterhadap hasil rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang sedianya akan dirilis pada Kamis (27/1) waktu setempat.

Rilis FOMC itu akan dijadikan petunjuk oleh pelaku pasar uang global, termasuk di dalam negeri. Jika pernyataan bank sentral AS (The Fed) mengacu kepada tren turun harga minyak mentah dunia dan gejolak di pasar keuangan maka diproyeksikan sikap The Fed akan dovish terhadap rencananya untuk menaikan suku bunga acuannya. Sikap The Fed yang dovish dapat memberikan tekanan jual lebih lanjut terhadap dolar AS.

Dolar AS cenderung mengalami tekanan menyusul sinyal pemangkasan produksi minyak mentah dunia, situasi itu telah mendorong harga minyak menguat.  Permintaan terhadap aset berisiko cenderung meningkat setelah adanya sinyal pemangkasan produksi minyak global. Pejabat Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan industri Rusia dikabarkan melakukan pembicaraan mengenai kemungkinan melakukan upaya bersama dalam mengatasi berlimpahnya pasokan minyak di pasar.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu (27/1) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp 13.871 dibandingkan hari sebelumnya (26/1) Rp 13.904.  

Bank Indonesia (BI) memprediksi defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD) akan meningkat pada tahun ini seiring dengan realisasi proyek pembangunan infrastruktur oleh pemerintah.  Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, defisit neraca transaksi berjalan sepanjang 2015 berada di kisaran 2% dari PDB, lebih baik dibandingkan pada 2014 yang mencapai 3,1% dari PDB.

Pada  2016 ini,  diperkirakan CAD akan cukup tertekan karen kita lakukan investasi dan pembangunan infrastruktur dan tentu akan ada peningkatan impor..  Bank sentral sendiri memprediksi defisit neraca transaksi berjalan pada tahun ini akan berada di kisaran 2,6-2,7% dari PDB. “Kami yakini kalau itu masih antara 2,5-3% itu masih sustainable.  Untuk menjaga agar CAD tetap terkendali, BI akan terus berkoordinasi dengan pemerintah yang memang mengalokasikan anggaran cukup besar untuk proyek-proyek pembangunan infrastruktur di Tanah Air. [Sugeng R]


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*