Rupiah Ditutup Menguat ke Posisi Rp 13.844/USD

shadow

Benzano – Laju nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat (8/1) sore, menguat 83 poin menjadi Rp 13.844 per dolar AS dibandingkan dengan posisi sebelumnya Rp 13.927 per dolar AS.  Data cadangan devisa Indonesia periode Desember 2015 yang naik menjadi salah satu faktor yang mendorong nilai tukar rupiah bergerak menguat terhadap dolar AS.

Sebagian pelaku pasar memanfaatkan sentimen itu untuk mengakumulasi mata uang rupiah.  Data Bank Indonesia (BI) tercatat, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2015 ini tercatat sebesar 105,9 miliar dolar AS, meningkat signifikan dari posisi akhir November 2015 sebesar 100,2 miliar dolar AS.  Sentimen dari dalam negeri lainnya mengenai laju inflasi 2016 yang diproyeksikan masih terjaga, serta komitmen pemerintah akan mempercepat 

Direktur Eksekutif BI Tirta Segara dalam keterangan resmi menyatakan peningkatan cadangan devisa berasal dari penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, penerimaan hasil ekspor migas, dan penerbitan obligasi global pemerintah yang cukup untuk menutupi kebutuhan devisa, antara lain untuk pembayaran utang luar negeri serta penggunaan devisa dalam rangka stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya.  Dengan perkembangan itu, posisi cadangan devisa per akhir Desember 2015 dapat membiayai 7,7 bulan impor atau 7,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.

Bank Indonesia, menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan. Dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada hari Jumat (8/1) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.874 dibandingkan Kamis (7/12) di posisi Rp13.946 per dolar AS.  

Pada perdagangan siang tadi, rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, bergerak menguat sebesar 65 poin menjadi Rp 13.862 dibandingkan posisi sebelumnya di Rp 13.927 per dolar AS.  Salah satu faktor mata uang dolar AS mengalami pelemahan yakni kekhawatiran akan memburuknya situasi ekonomi di Tiongkok sehingga akan menghalangi kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS (The Fed) yang agresif.

Secara umum sentimen dari dalam negeri juga masih cukup positif seperti inflasi yang diproyeksikan tetap terjaga, permintaan domestik membaik, percepatan belanja pemerintah, peluang suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) dipangkas, serta cadangan devisa yang akan mulai naik.  Namun, pelaku pasar diharapkan tetap waspada mengingat gejolak ekonomi Tiongkok sepertinya belum akan mereda dalam waktu dekat. Situasi itu masih membuka peluang laju nilai tukar rupiah dapat kembali terdepresiasi. [Sugeng R]


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*