Rupiah Ditutup Melemah Tipis di Level  Rp 13.200/USD

shadow

BenzanoLaju nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada hari ini berakhir terlihat mendatar di tengah menguatnya USD terhadap beberapa mata uang lainnya.  Berdasarkan data  dari Limas, rupiah berada di level Rp 13.200/USD. Posisi ini melemah 5 poin dari penutupan sebelumnya yang berada di level Rp 13.195/USD.

Data Bloomberg menunjukkan, rupiah berada pada level Rp 13.182/USD dengan kisaran harian Rp 13.152-Rp 13.210/USD. Posisi itu menguat tipis jika dibanding penutupan sebelumnya yang berada di level Rp 13.184/USD.  Di sisi lain, berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada level Rp 13.167/USD. Posisi ini jauh melemah dari posisi kemarin yang berada di posisi Rp 13.175/USD.

Seperti dikutip dari Reuters, USD naik ke posisi tertinggi dalam sepekan terakhir  terhadap beberapa mata uang lainnya, didorong oleh komentar hawkish pejabat Federal Reserve (The Fed) dan permintaan safe haven menyusul terjadinya ledakan bom di Brussels, Ibu Kota Belgia kemarin.  Euro terhadap USD jatuh setelah terjadinya ledakan tersebut, yang menewaskan sedikitnya 31 orang dan melukai lebih dari 200 orang. Keadaan ini ternyata membuat mata uang euro melemah hari ini, memukul posisi terendah dalam sepekan di level 1,1180.  USD terhadap beberapa enam mata uang rival utama naik sekitar 0,3% ke level 95,920.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menuturkan, reformasi struktural menjadi salah satu cara a‎mpuh untuk menangkis dampak dari perlambatan ekonomi global, serta menggeliatkan kembali perekonomian Tanah Air.  Hal tersebut dikatakan Agus dalam peluncuran buku hasil kerja sama Bank Indonesia dan Asian Development Bank (ADB) berjudul Growth Diagnostic. “Masa depan masih belum terlihat pasti, termasuk perekonomian 2016. “

Menurut Agus, kondisi perekonomian global saat ini masih menekan pasar keuangan dan memberikan kekhawatiran tersendiri bagi perekonomian negara berkembang, termasuk Indonesia.‎ Meski risiko yang dirasakan Indonesia tidak akan se-kekstrem tahun lalu, namun guna meminimalisir tekanan tersebut perlu dilakukan reformasi struktural.

Selama ini, sambung mantan direktur utama PT Bank Mandiri (Persero) ini, pembangunan infrastruktur yang belum merata di Tanah Air menjadi hambatan tersendiri untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan. Padahal, infrastruktur berkontribusi cukup besar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara.‎ [Sugeng R]


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*