Rupiah Ditutup Melemah ke Posisi Rp 13.568/USD

shadow

Benzano Laju nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat (6/11) sore, melemah 25 poin menjadi Rp 13.568 per dolar AS dibandingkan dengan posisi sebelumnya Rp 13.543 per dolar AS.  Pelaku pasar uang tampaknya cenderung masuk ke aset mata uang kategori safe haven, salah satunya dolar AS, menjelang rilis data penggajian non pertanian atau non farm payrolls (NFP) dan tingkat pengangguran AS.

Pasar  tampaknya hanya akan fokus pada data NFP dan tingkat pengangguran AS yang diperkirakan sesuai target.  Jika data dari Amerika Serikat itu dinilai positif oleh pasar maka dapat mempersolid dolar AS dan semakin mengukuhkan peluang kenaikan suku bunga AS pada bulan Desember nanti.  Ketua the Fed Janet Yellen menyatakan bahwa kenaikan suku bunga pada bulan Desember masih mungkin. Kondisi itu menambah pengaruh bagi dolar AS untuk menguat.

Data pekerjaan AS pekan ini akan menjadi kunci untuk melihat apakah the Fed akan menaikkan suku bunganya atau tidak pada bulan Desember mendatang.  Jika data yang dirilis positif, hampir dipastikan the Fed akan menaikkan suku bunga pada bulan Desember.  Pasar keuangan saat ini melihat peluang sebesar 58 persen untuk terjadinya kenaikan suku bunga di bulan Desember, naik dari 52 persen berdasarkan CME Groups FedWatch program. Itu adalah ekspektasi terkuat dalam sebulan.

Berdasarkan  kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada hari Jumat (6/11) mencatat nilai tukar rupiah menguat menjadi Rp 13.550 dibandingkan hari sebelumnya (5/11) Rp 13.603 per dolar AS. [Sugeng R]


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*