Rupiah Ditutup Melemah di Posisi Rp 13.756/USD

shadow

BenzanoLaju nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu (12/8) sore ditutup melemah 149 poin menjadi Rp 13.756 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 13.607 per dolar AS.  Tekanan pada rupiah lebih banyak dipengaruhi oleh sentimen eksternal. Kebijakan pemerintah Tiongkok yang kembali memangkas nilai yuan terhadap dolar AS berimbas pada mata uang di kawasan Asia-Pasifik, termasuk rupiah.

Di sisi lain, belum adanya kepastian dari bank sentral Amerika Serikat (AS) mengenai kenaikan suku bunganya (Fed fund rate) membuat pelaku pasar uang sedikit kesulitan mengukur valuasinya terhadap aset keuangan di negara berkembang sehingga cenderung memutuskan untuk keluar dari pasar berisiko.  Meski demikian, devaluasi yuan diperkirakan hanya sesaat sehingga rupiah masih berpotensi untuk kembali bergerak menguat.

Di tengah koreksi kurs rupiah seperti saat ini, pemerintah dapat memanfaatkannya untuk mendorong kinerja ekspor domestik. Produk ekspor Indonesia juga masih cukup kompetitif di pasar global.  Sebagai negara ekonomi terbesar kedua dunia, devaluasi mata uang Tiongkok akan berdampak pada perdagangan global, karena akan membuat Tiongkok memproduksi lebih banyak barang yang kompetitif dan menghalangi membeli barang di pasar global karena lebih mahal.

Kondisi tersebut berdampak pada turunnya mata uang regional sehingga dapat memicu risiko arus keluar (outflow) portofolio, karena ’yield’ kepemilikan aset berdenominasi mata uang lokal akan tertutupi oleh potensi rugi kurs, termasuk Indonesia.  Demikian pula dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu (12/8) nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp 13.758 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 13.541 per dolar AS. [Sugeng R]


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*