Rupiah Ditutup Melemah di Posisi Rp 13.664/USD

shadow

Benzano – Laju nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Selasa (2/2) sore bergerak melemah sebesar 33 poin menjadi Rp 13.664 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 13.631 per dolar AS.  Membuka  perdagangan di bulan Februari ini investor terlihat berhati-hati menyusul data manufaktur Eropa, Amerika Serikat (AS), dan juga Tiongkok dirilis mengecewakan. Situasi itu memberi sinyal ekonomi global masih melemah.   Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa (2/2) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp 13.621 dibandingkan Senin (1/2) Rp 13.699.

Di sisi lain, harga minyak mentah yang kembali mengalami pelemahan kembali menuju level 30 dolar AS per barel menambah sentimen negatif bagi mata uang berbasis komoditas, salah satunya rupiah.  Harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Selasa sore ini, terpantau berada di level USD  30,98 per barel, melemah 2,02%. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude di posisi USD  33,66 per barel, turun 1,69 %.

Harga minyak yang kembali melemah seiring dengan pernyataan salah satu pejabat Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengklarifikasi spekulasi mengenai pengurangan produksi minyak. Pengurangan produksi minyak dinilai terlalu dini untuk dibahas. Kejatuhan harga minyak menjadi salah satu yang membuat investor di pasar uang kembali melirik aset mata uang “safe haven” seperti dolar AS.  Faktor global menjadi faktor utama bagi fluktuasi rupiah. Harga minyak mentah yang menurun kembali mempengaruhi aset mata uang berisiko.

Sebagai informasi, inflasi Januari 2016 sebesar 0,51% (month to month), sehingga inflasi tahun ke tahun (year on year) mencapai 4,14%. Inflasi pada Februari mendatang bisa turun ke 0,2-0,3%, bila pemerintah mampu mengendalikan harga komoditas makanan. Hal ini juga didukung bank yang berkomitmen menurunkan suku bunga kredit mulai Februari ini, menyusul penurunan BI rate 25 bps menjadi 7,25% pada Januari lalu.

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis, Senin (1/2), inflasi Januari lalu mencapai 0,51% (month to month/ mtm), dengan inflasi komponen inti sebesar 0,29% dan komponen bergejolak 2,40% serta deflasi harga diatur pemerintah 0,55%.  Inflasi itu terutama didorong kenaikan harga kelompok bahan makanan pada awal tahun ini. Sedangkan inflasi tahun ke tahun (year on year/yoy) mencapai 4,14%, dengan inflasi komponen inti 3,62%, harga diatur pemerintah 3,48%, dan komponen bergejolak 6,77%. [Sugeng R]


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*