Rupiah Dikhawatirkan Bisa ke 13 Ribu

Seorang karyawan money changer menghitung uang kertas Rupiah, di Jakarta, 15 Desember 2014. Akibat anjloknya Rupiah, sebagian pihak menganggap Rupiah adalah mata uang sampah, namun sebagian pihak memprediksi, pekan depan Rupiah akan membaik. Adek Berry/AFP/Getty Images

TEMPO.CO , Jakarta: Pemerintah terus mewaspadai kemungkinan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Deputi Bidang Koordinasi Fiskal dan Moneter Kementerian Koordinator Perekonomian, Bobby Hamzar Rafinus, memperkirakan jika tak ada langkah antisipasi yang signifikan, kurs rupiah bisa menyentuh level Rp 13 ribu per dolar AS. “Tapi saya harap perubahannya jangan terlalu cepat,” kata Bobby saat dihubungi Tempo (Baca: Permintaan Dolar Meningkat, Rupiah KO).

Pelemahan kurs rupiah saat ini, menurut Bobby, lebih banyak dipengaruhi sentimen global akibat membaiknya ekonomi Amerika Serikat, sementara faktor domestik seperti perkembangan politik dianggap terbilang kecil. “Kisruh KPK-Polri saya kira tidak terlalu berpengaruh terhadap rupiah,” ujar dia.

Bobby menjelaskan, negara adidaya itu mampu menekan jumlah pengangguran, termasuk kebijakan suntikan insentif bagi dunia usaha untuk memacu pertumbuhan dalam negeri. Dampaknya, dolar AS semakin perkasa sementara nilai mata uang lainnya terus merosot. “Euro, Franc Swiss, termasuk Yen Jepang, juga terdampak padahal mereka cenderung stabil,” ujarnya.

Karena itu, pemerintah bakal terus memacu pertumbuhan ekspor sambil mengurangi ketergantungan impor, termasuk memperbaiki iklim investasi dan usaha di dalam negeri dengan memberikan kemudahan perizinan satu atap yang telah diresmikan Presiden Joko Widodo akhir pekan lalu. Upaya intervensi di pasar uang juga dilakukan secara gradual agar tak mengganggu cadangan devisa milik negara. “Kami juga minta agar Bank Indonesia menjaga volatilitasnya jangan terlalu lebar.”

Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo, menilai sebetulnya pelemahan kurs rupiah tak terlalu besar dibanding mata uang negara lain. “Tapi karena inflasinya tinggi, maka terlihat rupiah lebih terdepresiasi,” katanya.

Agus menambahkan, potensi penguatan kurs rupiah sebenarnya masih ada. Terlebih saat ini, menurut dia, neraca transaksi berjalan menuju arah yang lebih sehat. Tapi hal ini pula yang akan menjadi tantangan sendiri untuk eksportir di masa mendatang.

JAYADI SUPRIADIN | ANDI IBNU

Terpopuler:
KNKT Bantah Pilot Air Asia Keluar Kokpit

Seorang Ahli Waris Sudah Terima Santunan Air Asia

Izinkan Mobil Masuk Jalur Transjakarta, Ahok Dikritik

BBM Tidak Lagi Jadi Penyebab Utama Inflasi

Agus Marto: Proyeksi IMF Lebih Rendah Sudah Biasa

Menteri Rudiantara Pangkas Waktu Perizinan

3 Gardu Terkena Petir, Aliran Listrik Sempat Padam

Izinkan Mobil Masuk jalur Busway, Ahok Dikritik

18 Temuan KNKT, QZ8501 Hadapi Awan 44 Ribu Kaki


Distribusi: Tempo.co News Site

Speak Your Mind

*

*