Rupiah Anjlok, Apakah Subsidi BBM dan Cicilan Utang Pemerintah Bakal Bengkak?

Jakarta -Hari ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup di Rp 12.645/US$. Sepanjang 2014, rata-rata kurs dolar AS adalah Rp 11.896.

Realisasi nilai tukar rupiah masih melenceng dibandingkan asumsi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara-Perubahan (APBN-P) 2014 yang sebesar Rp 11.600/US$. Dalam pengelolaan APBN, perubahan kurs akan berdampak pada 2 pos belanja yaitu subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan pembayaran utang.

Meski pada kenyataannya nilai tukar rupiah masih melampaui asumsinya, tetapi Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengaku belum khawatir. Pasalnya, pelemahan rupiah diiringi oleh penurunan harga minyak. Dengan demikian, biaya impor minyak bisa ditekan.

“Anggaran subsidi BBM masih di bawah pagu APBN-P 2014,” ungkap Bambang di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (16/12/2014). Dalam APBN-P 2014, subsidi BBM dianggarkan Rp 246,5 triliun.

Askolani, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, menyebutkan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah akan menyebabkan pembayaran utag meningkat. Namun menurutnya tidak begitu signifikan karena rupiah baru melemah jelang akhir tahun.

“Catatan kami, untuk 2014 tidak akan signifikan. Pelemahan terbesar terjadi di akhir tahun,” kata Askolani.

Dalam APBN-P 2014, pembayaran kewajiban utang tercatat sebesar Rp 135,5 triliun. Dengan rincian utang dalam negeri sebesar Rp 120,6 triliun dan luar negeri Rp 14,9 triliun.

(mkl/hds)


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*