RI dan Malaysia Bersatu Jadi Penentu Harga Sawit Dunia

Jakarta -Indonesia dan Malaysia sepakat bersatu membuat wadah baru, bernama Council of Palm Oil Producing Countries (CPO PC). Badan ini nantinya bertugas menjaga kualitas hingga menentukan harga minyak kelapa sawit dunia.

Langkah ini bukan isapan jempol, karena Indonesia dan Malaysia tercatat sebagai pemasok 80% minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO) dunia.

Langkah ini ditindaklanjuti dalam pertemuan antara delegasi Indonesia, yang diwakili oleh Menko Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli, dan delegasi Malaysia yang diwakili oleh Menteri Industri Tanaman dan Komoditas, Datuk Amar Douglas Uggah. Hadir pula, Kepala Bappenas Indonesia Sofyan Djalil.

Pertemuan tersebut berlangsung hari ini selama 2,5 jam dari 13.00 wib sampai 15.30 wib di Hotel Fairmont, Senayan, Jakarta.

Rizal usai pertemuan menjelaskan, Indonesia dan Malaysia telah memperoleh 4 kesepakatan terkait minyak sawit.

“Pertama, pembentukan badan kerjasama sawit dalam Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) untuk penentuan harga CPO, promosi keunggulan sawit dan turunannya. Badan ini akan dibentuk pada akhir Oktober (2015),” kata Rizal, usai pertemuan tertutup dengan delegasi Malaysia di Hotel Fairmont, Jakarta, Sabtu (3/10/2015).

Kedua, Indonesia dan Malaysia sepakat menyatukan standar perkebunan sawit berkelanjutan melalui Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dan Malaysian Sustainable Palm Oil (MSPO). Ketiga, meningkatkan kerjasama promosi praktik industri sawit berkelanjutan.

Keempat, Indonesia dan Malaysia akan meningkatkan riset dan pengembangan pada industri sawit, untuk membuka potensi nilai tambah.

Rizal mengaku, kesepakatan kedua negara nantinya bakal ditandai dengan pertemuan antara kepala negara.

“Kita harap organisasi resmi ini dibentuk saat ada pertemuan PM Malaysa dan Presiden Jokowi. Kita belum bisa umumkan waktu tepatnya,” jelasnya.

Wadah kedua negara mengelola harga, produksi hingga kualitas dipercaya berdampak terhadap stabilitas harga minyak sawit dunia.

“Kalau kita gabung dengan standar baru, itu akan buat posisi kita kuat. Coba kalau naik lagi US$ 100 per ton, pasti akan signifikan sekali. Saya juga harap nanti negara-negara produsen sawit lain ikut bergabung,” tuturnya.

Sementara itu, Menteri Industri Tanaman dan Komoditas Malaysia, Datuk Amar Douglas Uggah memandang kerjasama antar negara di sektor sawit bisa menjadi tonggak penting dalam sisi ekonomi.

Selain mampu menaikkan kualitas dan image sawit kedua negara, kerjasama ini bisa menciptakan tambahan lapangan kerja.

“Kita ingin ada standar palm yang resposible dan sustain tidak merusak environment sekitar jadi ada spesifikasi yang sama kedua negara. Kedua negara juga harus punya standar tunggal,” tutur Datuk Amar.

(feb/dnl)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*