Repatriasi Benamkan Rupiah Sepekan Terakhir

INILAHCOM, Jakarta – Dalam sepekan terakhir, nilai tukar rupiah melemah 183 poin seiring aksi repatriasi dari perusahaan asing. Pelemahan yen dan tren penguatan dolar AS juga turut menekan.

Berdasrkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), dalam sepekan terakhir rupiah melemah 183 poin (1,6%) ke posisi 11.601 per 25 April 2014 akhir pekan sebelunya 11.418 pada 17 April.

“Laju nilai tukar rupiah kembali ke zona merah sepanjang pekan kemarin,” kata Reza Priyambada, kepala riset Trust Securities kepada INILAHCOM, di Jakarta, Minggu (27/4/2014).

Laju nilai tukar rupiah kembali masuk ke zona merah di hari Kartini seiring dengan menguatnya dolar AS. “Penguatan dolar AS sebagai respons negatif atas rilis membesarnya impor Jepang yang menyebabkan nilai tukar yen mengalami pelemahan,” ujarnya.

Selain itu, penguatan dolar AS juga ditopang oleh perkiraan membaiknya data-data ekonomi AS. “Meski laju dolar AS terhadap GBP dan Euro mengalami pelemahan, dengan rendahnya Yen membuat laju dolar AS dapat terlihat lebih tinggi dibandingkan laju sejumlah mata uang Asia,” tuturnya.

Di sisi lain, laju euro yang terlihat kembali melemah dibandingkan dolar AS dan GBP memberikan sentimen negatif bagi rupiah sehingga sulit untuk menguat. “Imbas rilis membesarnya defisit neraca perdagangan Jepang mempengaruhi view pelaku pasar yang mengkhawatirkan neraca perdagangan Indonesia akan bernasib sama,” ucapnya.

Begitupun, lanjut Reza, dengan defisit neraca berjalan yang juga dikhawatirkan akan membesar sehingga membuat rupiah terdepresiasi. “Selain itu, pelaku pasar juga mengkhawatirkan musim pembagian dividen terutama untuk investor asing akan meningkatkan outflow dari pasar dan permintaan atas dolar AS,” papar dia.

Pelemahan rupiah mulai berkurang setelah pelaku pasar merespon positif pernyataan Menteri Keuangan M Chatib Basri. Menkeu mengatakan, lonjakan kebutuhan dolar AS biasa terjadi jelang tengah tahun.

Hal tersebut, menurut Menkeu, berkaitan dengan kebutuhan untuk repatriasi laba perusahaan penanaman modal asing (PMA), impor, dan pembayaran utang jatuh tempo. “Beliau juga mengulas bahwa rupiah melemah tak sendirian di mana mata uang regional lainnya mengalami nasib yang sama, seperti ringgit dan rupee,” ungkap Reza.

Menkeu juga memperkirakan, neraca perdagangan (Maret) akan bisa surplus. Inflasi (April) juga terkendali, bahkan cenderung bisa deflasi. “Rupiah telah membuka tren pelemahan. Tanpa adanya sentimen positif, laju rupiah berpotensi melanjutkan pelemahannya karena berbanding terbalik dengan dolar AS yang mencoba masuk tren kenaikannya,” imbuhnya. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*