Referendum Skotlandia, Implikasi Terhadap GBPUSD

shadow

UK - Scott

 

FINANCEROLL – Hari ini akan menjadi hari yang bersejarah bagi warga Inggris dan Skotlandia yang akan menentukan persatuan keduanya sejak 307 tahun silam.

Kamis (18/09) akan menjadi hari penting dalam pemerintahan Perdana Menteri Cameron, apakah Skotlandia akan memisahkan diri dari Inggris melalui referendum atau tetap bergabung dibawah pemerintahan Inggris. Jajak pendapat terakhir menunjukkan kubu yang pro integrasi dengan yang separatis berimbang.

Kubu prointegrasi didukung oleh partai-partai besar Inggris, seperti partai Buruh, Konservatif dan Demokrat Liberal. Partai-partai yang biasanya berseberangan ini akhirnya bersatu untuk memenangkan hati rakyat Skotlandia agar tidak berpisah. David Cameron, dari Partai Konervatif mendapat dukungan dari musuh tradisonal partainya, partai Buruh yang dipimpin Gordon Brown yang juga berasal dari Skotlandia.

Brown pada Senin minggu lalu menawarkan sejumlah kebijakan untuk merayu warga Skotlandia agar memilih tetap bergabung dengan Inggris. Jika tetap bergabung, Skotlandia akan memperoleh kekuatan keuangan yang lebih besar. Selain itu, Brown juga menjanjikan Parlemen Skotlandia bisa lebih berkuasa. Janji Brown ini mendapat dukungan dari David Cameron, jika warga Skotlandia hari ini memilih tetap bergabung dengan Inggris.

Sejumlah tokoh juga mendukung gerakan pro integrasi ini. J.K. Rowling, penulis Harry Potter ini menyumbangkan sekitar Rp.19 Milyar untuk mendukung gerakan “Bersama Lebih Baik” yang digagas oleh mantan Menteri Keuangan Inggris, Alistair Darling.

Kubu Separatis juga memiliki pendukung yang tidak sedikit pula. Dipimpin oleh Menteri Utama Skotlandia, Alex Salmond, kelompok anti integrasi ini melakukan kampanye di empat kota besar untuk memenangi referendum ini.

Besarnya minat warga Skotlandia untuk memisahkan diri dari Inggris terutama dipicu oleh masalah kesenjangan ekonomi. Dengan populasi sebanyak 5,3 juta jiwa atau sekitar 8,3 persen dari total penduduk Inggris yang mencapai 63,23 juta jiwa (2012), kelas menengah Skotlandia kecewa terhadap kebijakan pengetatan keuangan yang dijalankan London saat resesi ekonomi ini.

Mereka mengganggap angin lalu ancaman sejumlah pelaku bisnis yang akan menutup dan meindahkan usahanya jika Skotlandia memilih lepas dari Inggris. Bagi kubu anti integrasi, saat ini merupakan waktu yang tepat untuk pisah dengan London dengan modal cadangan minyak di Laut Utara. Minyak dan Gas dari Laut Utara memang diyakini akan menjadi penopang ekonomi Skotlandia senilai 1,5 trilyun poundsterling.

Skotlandia juga harus menanggung konsekuensi jika lepas dari London. Pangkalan Nuklir Inggris di Faslane, akan dihapus dalam tahap pertama setelah Skotlandia merdeka. Skotlandia akan mewarisi hutang sebesar 124,5 juta poundsterling. Hasil pembagian hutang Inggris saat ini sekitar 1,5 trilyun pada 2016-2017 dengan jumlah per kapita Skotlandia sebesar 8,3 persen.

Untuk mengurangi hutang tersebut, menurut Institut of Fiscal Studies, Skotlandia harus menaikkan pajak dasar dari 20 % menjadi 28%. Sekitar 2,4 pe,bayar pajak Skotlandia harus menambah pembayaran pajak mereka 1.006 Pound per tahun. Suku bunga Skotlandia akan lebih tinggi 1,65 persen dari suku bunga Inggris saat ini.

Skotlandia jika merdeka, harus mengajukan diri menjadi anggota Uni Eropa dan mengadopsi mata uang Euro berdasarkan perjanjian Maastricht. Namun Alex Salmond menginginkan tetap menggunakan Poundsterling untuk membantu perdagangan lintas batas dengan tetangganya.

24 Maret 2016, diusulkan sebagai hari Kemerdekaan Skotlandia.

Implikasi Hasil Referendum Terhadap Perdagangan GBPUSD

Referendum yang akan dilakukan hari ini, diyakini hanya akan berdampak terhadap perdagangan GBPUSD dan tidak secara luas akan mempengaruhi perdagangan mata uang lainnya.

Jika hasil referendum dimenangkan oleh kubu pro integrasi, pasar tidak kesulitan untuk menyesuaikan. Sebaliknya, jika kubu anti integrasi yang menang maka pasar harus mengambil sikap dengan perubahan iklim yang baru. Hitung-hitungan yang ada saat ini adalah bagaimana jika Skotlandia pisah dengan Inggris dan dampaknya bagi pergerakan Poundsterling selanjutnya.

Sepanjang tahun, Sterling memang menguat bahkan menjelang hari referendum. Hasil perdagangan Rabu (17/09) berakhir menurun setelah publikasi hasil pertemuan berkala The Federal Reserve yang menyatakan masih mempertimbangkan waktu untuk menaikkan suku bunga berkenaan dengan kondisi ekonomi AS yang membaik, hal ini membuat Dolar AS menguat. Sebelum publikasi Poundsterling masih mengalami penguatan yang berarti. Poundsterling sendiri menjadi mata uang yang paling kuat dari mata uang lainnya atas Dolar AS dalam enam tahun terakhir ini. Terhadap Euro, GBP masih naik 5% dan 3% terhadap USD. Menguatnya Poundsterling juga mencerminkan penguatan ekonomi Inggris dan meningkatnya peluang Bank of England untuk menjadi bank sentral utama yang akan menaikkan suku bunga.

Secara makro, kondisi ekonomi Inggris memang menjadi pijakan penguatan Poundsterling. Hasil referendum hari ini akan menjadi kulminasi bagi sikap menunggu investor sepanjang tahun ini. Jika Skotlandia pisah dari Inggris maka akan membawa pasar pada kondisi yang tidak menentu mengingat resiko dan biaya atas kemerdekaan ini akan mempengaruhi baik Skotlandia dan Inggris pula. Masalah-masalah pajak, keanggotaan dalam Uni Eropa dengan segala konsekuensinya selain masalah mata uang yang dipakai, membuat pasar terombang-ambing.

Untuk mengamankan posisi, tak heran sebagian investor telah melakukan aksi ambil untung terlebih dahulu. Para spekulan yang melihat peluang kemenangan kubu anti integrasi, sudah banyak yang memilih posisi jual dan berharap GBP akan jatuh cukup dalam. Setidaknya diperkirakan akan terjadi penurunan sebesar 5% – hingga 10%.

Perlu dicermati bahwa kemenangan kubu anti integrasi akan membuat kemungkinan Bank of England untuk menaikkan suku bunga menjadi turun kembali. Potensi kenaikan suku bunga Inggris ini menjadi pendorong kenaikan GBP, baik terhadap USD ataupun Euro. Pemisahan Skotlandia akan membuat BoE sebagai bank asing, yang kehilangan otoritasnya di wilayah ini. Hingga ada keberuntungan ekonomi Skotlandia dan Inggris, maka Poundsterling masih diarea tidak menentu. (Lukman Hqeem)


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*