PT Yanaprima Hastapersada Alami Rugi Karena Tekanan UMR, Listrik & Kurs


shadow

Financeroll – Perusahaan plastik dan karung PT Yanaprima Hastapersada Tbk (YPAS) rugi. Kerugian terjadi pada kinerja keuangan 2014 dan kuartal pertama tahun ini. Kerugian disebabkan berbagai tekanan seperti penjualan turun, harga bahan baku naik, dan kenaikkan beban upah dan energi.

Berdasarkan laporan keuangan YPAS, tahun lalu perusahaan rugi bersih Rp 8,93 miliar. Sedangkan pada 2013 perusahaan masih catatkan laba bersih Rp 6,22 miliar. Pada kuartal pertama tahun ini perusahaan rugi Rp 931 juta, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang memiliki laba bersih Rp 690,26 juta.

Rinawati, Direktur YPAS mengatakan, perusahaan merugi disebabkan berbagai tekanan. ‘Penjualan menurun karena permintaan menyusut, menyebabkan pasokan plastik dan karung sedang kelebihan pasokan. Kurs dollar naik karena bahan baku kami pakai kurs dollar. Biaya produksi naik karena Upah Minimum Regional (UMR) naik dan biaya energi listrik naik,’ ujarnya.

Pada 2014 perusahaan mencatatkan penjualan bersih Rp 421,51 miliar, turun 4,13% dari 2013 yang sebesar Rp 439,68 miliar. Sementara itu pada kuartal pertama tahun ini perusahaan mencatat penjualan bersih sebesar Rp 87,83 miliar, menurun 15,92% dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 104,47 miliar.

Disisi lain, terjadi kenaikan biaya produksi. Bahan baku produksi yaitu biji plastik dibeli dari dalam maupun luar negeri dengan harga dollar. Sedangkan kurs dollar dibanding rupiah terus mengalami tren kenaikan. Kenaikan biaya energi juga menekan pertumbuhan. Kenaikkan tarif dasar listrik sepanjang setengah tahun lalu meningkatkan biaya produksi perusahaan.

Namun yang paling dikeluhkan perusahaan adalah soal upah minimum regional (UMR) daerahnya yang lebih mahal dari UMR daerah lainnya. ‘Perbedaan UMR tiap daerah, ini membuat harga jual produk kami tidak kompetitif, dibandingkan dengan produksi perusahaan lain dengan UMR yang lebih kecil dari kami,’ ujar Rinawati.

Untuk diketahui, pabrik perusahaan berlokasi di Sidoarjo dan Surabaya. Disana UMR sebesar Rp 2,7 juta per bulan, belum ditambah dengan upah sektoral 10%, perusahaan harus membayar total 2,9 juta per bulan untuk upah. Dia membandingkan dengan UMR Jawa Tengah yang sebesar Rp 1,26 juta per bulan.

‘Disparitas harga jual produk plastik dan karung kami dengan perusahaan di Jawa Tengah bisa mencapai 8%-10% kami lebih mahal. Perbedaan UMR membuat kami tidak kompetitif,’ ujar Rinawati.


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*