PT Samindo Resources Mulai Merambah Sektor Infrastruktur Energi


shadow

Financeroll – PT Samindo Resources akan merambah sektor infrastruktur energi sebagai bagian dari pengembangan bisnisnya tahun depan.

Direktur Pengembangan Bisnis Samindo Resources S. Witoro Soelarno mengatakan langkah tersebut perlu diambil mengingat risiko bisnis perseroan yang tinggi.

Saat ini, emiten dengan kode saham MYOH ini hanya memiliki satu lini usaha, yakni jasa penambangan batu bara. Prospek sektor infrastruktur energi sangat bagus.

Dukungan pemerintah yang baru terhadap sektor infrastruktur sangat positif. Apalagi, dengan periode kontrak rata-rata antara 10 tahun sampai dengan 15 tahun, pemasukan perseroan akan terjaga dalam waktu yang lama.

Oleh karena itu, perseroan tengah berupaya menambah klien mereka tahun depan. Pasalnya, hingga kini MYOH hanya bergantung pada satu klien saja, yakni PT Kideco Jaya Agung, produsen batubara terbesar ketiga di Indonesia.

Perseroan membidik beberapa produsen batu bara yang bisa menghasilkan 2 juta-3 juta ton per tahun. Semuanya masih dalam penjajakan.

Sementara itu, kemungkinan besar MYOH akan menurunkan belanja modal (capital expenditure/capex) mereka tahun depan

Corporate Secretary MYOH Hananto Wibowo mengungkapkan, nilainya kemungkinan turun US$8 juta-US$9 juta dibandingkan dengancapextahun ini senilai US$25 juta.

Capex tahun depan akan berkurang karena tahun ini sudah cukup banyak membeli peralatan yang dibutuhkan.

Sumber pendanaan capex tersebut akan berasal dari internal perseroan. Namun tidak menutup kemungkinan perseroan akan mencari pinjaman sebagai salah satu alternatif pendanaan.

Dari sisi kinerja keuangan, perseroan optimistis masih akan mencetak pertumbuhan positif hingga akhir tahun. Baik pendapatan maupun laba bersih diprediksi akan tumbuh 10%-30% dari nilai yang dibukukan hingga kuartal III/2014.

Adapun sepanjang periode Januari-September 2014, MYOH berhasil meraup pendapatan Rp2,26 triliun dan laba bersih Rp216 miliar.

Artinya, hingga akhir tahun ini, pendapatan dan laba bersih yang bisa diraih masing-masing senilai Rp2,94 triliun dan Rp280,8 miliar.

Angka tersebut lebih tinggi dibandingakan dengan relaisasi tahun lalu di mana pendapatan senilai Rp2,45 triliun dan laba bersihnya Rp173,45 miliar.

Sementara itu, terkait target pertumbuhan kinerja keuangan tahun depan, perseroan masih cenderung hati-hati dan belum mematok angkanya. Alasannya, harga batu bara sangat sulit untuk diprediksi secara pasti, di samping nilai tukar mata uang yang fluktuatif.

Sampai sekarang, harga batu bara masih terus tertekan. Dan masih belum berani memasang target.


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*