PT Garuda Indonesia Terbitkan Saham Baru Sebanyak 17,64 Juta Lembar


shadow

Financeroll – Maskapai penerbangan pelat merah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. menerbitkan saham baru sebanyak 17,64 juta lembar dengan target perolehan dana segar Rp8,1 miliar.

Direktur Keuangan Garuda Indonesia Handrito Hardjono mengatakan penambahan modal atau right issue tersebut merupakan rencana yang sudah lama terjadi, tetapi belum ada peraturan pemerintah sehingga perlu diputuskan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS).

Untuk persetujuan agar dibuatkan PP-nya. Ini kejadian sudah lama, dan berjumlah hanya Rp8 miliar, jadi tidak ada tambahan modal baru.

Berdasarkan prospektus singkat yang dipublikasikan perseroan di PT Bursa Efek Indonesia, disebutkan right issue dilakukan tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD). Manajemen mengeluarkan saham baru seri B sebanyak 17,64 juta lembar.

Rencana right issue tersebut sebelumnya telah mendapatkan restu dari pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 28 Juni 2014. Namun, hingga saat ini, peraturan pemerintah yang mengesahkan penyertaan modal negara (PMN) tersebut belum kunjung diterbitkan.

Emiten berkode saham GIAA itu akan meminta persetujuan kembali dari pemegang saham dalam RUPSLB pada 12 Desember 2014. Perseroan akan menerbitkan saham baru tidak lebih dari 10% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh. Harga pelaksanaan right issue dipatok Rp476/lembar.

Rencana right issue ini akan menyebabkan peningkatan jumlah modal ditempatkan dan disetor sebanyak Rp8,1 miliar menjadi Rp11,88 triliun. Bila dicatatkan dalam mata uang dollar AS, tercatat akan meningkat US$893.281 menjadi US$1,31 miliar dari sebelumnya US$1,30 miliar.

Diperkirakan, kepemilikan saham masyarakat akan terdilusi sebesar 0,0092% dari sebelumnya 13,5465% menjadi 13,5373% setelah right issue.

Neraca keuangan perseroan memang tengah tertekan. Rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio/DER) GIAA telah memasuki masa kritis yakni 1,1 kali.

Utang jangka panjang GIAA per 30 September 2014 membengkak menjadi US$578,1 juta atau setara Rp6,93 triliun dari sebelumnya US$324,6 juta. Utang obligasi tercatat flat sebesar US$162,7 juta atau setara dengan Rp1,95 triliun.

Untuk mempertahankan DER dapat dilakukan dengan penambahan modal dari pemegang saham. Diperkirakan penambahan modal akan dilakukan pada 2015 setelah perseroan membicarakan secara resmi dengan pemerintah sebagai pemegang saham mayoritas.

Kondisi keuangan yang ketat itu membuat perseroan akan mengajukan sejumlah opsi kepada pemegang saham selain melalui penambahan modal. Penerbitan saham baru atau right issue dan menjual aset produktif juga menjadi pilihan untuk memperkuat permodalan.

Akan tetapi, opsi right issue sudah tidak mungkin dilakukan karena terkendala jumlah saham pemerintah yang diatur oleh Undang-Undang.

Sebelumnya, perseroan telah menggelar right issue pada semester I/2014. Perseroan menawarkan sebanyak 3.227.930.633 lembar saham biasa atas nama seri B atau 12,48% dari enlarged capital dengan harga Rp460 per lembar.

Perseroan meraup dana segar Rp1,4 triliun dalam pelaksanaan Penawaran Umum Terbatas (PUT) I tersebut. Dana yang diperoleh digunakan untuk pengembangan armada baru dan belanja modal lainnya.

Per 30 September 2014, saham Dwiwarna mencapai US$772,24 juta atau setara dengan 60,5% dari total saham. Kemudian disusul oleh Credit Suisse AG Singapore TC AR CL PT Trans Airways 25,94% dan saham publik 15,53% serta saham direksi & komisaris 0,03%.

Per kuartal III/2014, GIAA membukukan rugi bersih US$219,5 juta atau setara dengan Rp2,63 triliun. Rugi bersih tersebut melonjak tajam hingga 1.362,62% dari periode yang sama tahun sebelumnya US$15,01 juta.

Analis PT Buana Capital Alfred Nainggolan mengatakan right issue GIAA dinilai hanya formalitas untuk memenuhi kewajiban tertentu saja ketimbang kebutuhan permodalan perseroan.

Nilai right issue Rp8,1 miliar itu sangat kecil, dengan melihat lebih kepada adanya kewajiban yang harus dilakukan dan bukan murni untuk penambahan modal.

Hingga akhir tahun diperkirakan kinerja maskapai penerbangan milik pemerintah itu masih akan tertekan. Bila dilihat dari kinerja kuartal III/2014, cukup sulit GIAA untuk bangkit dan bahkan tekanan akan kian besar di akhir tahun.


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*