PT Garuda Indonesia Kembali Dapat Pinjaman Rp2,6 Triliun


shadow

Financeroll – Setelah sebelumnya mendapat pinjaman US$400 juta, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. kembali mengantongi utang dari PT Bank Internasional Indonesia Tbk. (BNII) atau BII-Maybank senilai total Rp2,6 triliun.

Direktur Keuangan & Manajemen Risiko Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra mengatakan pinjaman yang didapatkan dari BII Maybank itu terbagi dalam rupiah dan dolar Amerika Serikat, yakni Rp1 triliun dan US$100 juta.

“Kemarin sudah dapat dari National Bank of Abu Dhabi dan Dubai Islamic Bank PJSC sebesar US$400 juta, masih kurang US$100 juta. BII Maybank memberikan pinjaman US$100 juta,” katanya.

Dana pinjaman dengan total US$500 juta tersebut akan menjadi bridging loan bagi rencana penerbitan Sukuk global Garuda Indonesia. Pinjaman dari BII Maybank yang ditarik pekan depan, nantinya akan digunakan untuk refinancing utang jatuh tempo pada paruh pertama tahun ini.

Hingga Juni 2015, utang jatuh tempo emiten berkode saham GIAA tercatat mencapai Rp350 juta. Pada tahun depan, GIAA juga memiliki utang jatuh tempo dengan nilai yang sama.

Sementara itu, dana pinjaman Rp1 triliun dari BII Maybank akan digunakan untuk kebutuhan modal kerja pada tahun ini. Dana tersebut bakal dibayarkan kepada PT Pertamina (Persero) untuk pembelian avtur.

Pinjaman dari BII Maybank bertenor 1 tahun ini memiliki bunga 7,8% rupiah dan dolar AS berbunga LIBOR+3%. Rencananya, bila emisi Sukuk global terlaksana, perseroan akan melunasi utang dari BII Maybank tersebut.

Pekan berikutnya, perseroan akan meneken kerjasama fasilitas kredit dari lima bank dengan nilai sekitar US$75 juta untuk kebutuhan modal kerja. Empat dari lima bank yang akan mengucurkan kredit diantaranya ICBC, Bank Permata, ANZ Bank, dan Standard Chartered Bank.

Tidak hanya itu, pria yang akrab disapa Ari Askhara tersebut mengungkapkan perseroan akan meneken kembali kerja sama cross curency swap dengan tiga bank pada pekan berikutnya. Nilai cross curency swap mencapai Rp1 triliun atau US$70 juta.

Maskapai penerbangan pelat merah tersebut kemudian juga akan bekerjasama dengan empat bank untuk pengelolaan kas. Garuda akan menggaet dua bank asing, satu bank BUMN, dan satu bank swasta lokal dalam kerjasama cash management tersebut.

“Kas kami, total penjualan saja US$3,9 miliar atau setara Rp54 triliun hampir Rp55 triliun, sehingga harus dibantu oleh cash management,” paparnya.

Perseroan juga tengah menjajaki kerjasama dengan bank asal China, ICBC untuk pinjaman pembiayaan. Pihak ICBC menawarkan co-branding di China dengan 230 juta pemilik kartu kredit/debit.

Akan tetapi, GIAA masih belum akan menambah utang baru hingga tahun depan. “Tapi kami belum mau. Karena tahun ini belum ada rencana tambah loan. kami hanya reprofiling.”


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*