Prospek kinerja LSIP di tengah penurunan harga CPO

JAKARTA. Kinerja emiten perkebunan PT PP London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP) diperkirakan masih akan tertekan hingga akhir tahun. Perseroan tidak akan bisa menangkis tantangan utamanya yakni penurunan harga minyak kelapa sawit (CPO). Bahkan, kebijakan pemerintah yang mewajibkan campuran 15% bahan nabati CPO (biofule) pada bahan bakar solar dinilai tidak akan mampu mendongkrak kinerja perseroan.

Mengutip Bloomberg, Senin (24/8) pukul 14.00 WIB harga CPO kontrak pengiriman November 2015 di bursa Malaysia Derivative Exchange melorot 3,12% ke level RM 1.924 per metrik ton. Level ini merupakan level terendahnya sejak 2013 silam. Sejak awal tahun, harga telah jeblok hingga 13,4%.

Andre Varian, Analis Ciptadana Sekuritas mengatakan peningkatan campuran biodisel 15% tidak memberikan sentimen positif bagi industri CPO dalam jangka pendek. Justru menurutnya, kebijakan pemerintah menerapkan CPO supporting fund (CSF) untuk mendukung program biodisel tersebut malah akan membawa tekanan terhadap perusahaan pengekspor CPO. “Pungutan tersebut akan menurunkan pertumbuhan ekspor sehingga inventoris dalam negeri akan semakin meningkat,” kata Andre.

Pemerintah menerapkan CSF untuk menutupi subsidi biodisel yang tidak lagi dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN-P). Aturan ini mewajibkan perusahaan perkebunan kelapa sawit menyetor dana US$ 50 per ton untuk CPO dan US$ 30 per ton untuk produk turunannya ketika mengekspor dengan harga US$ 750 per ton ke bawah.

Andre mengatakan, penerapan campuran biodisel 15% tersebut tidak akan mampu mendorong kinerja LSIP hingga akhir tahun di tengah penurunan harga CPO. Bahkan perkiraannya, CPO masih akan cenderung menurun hingga akhir tahun dengan harga rata-rata RM 2.050. Ini seiring dengan harga minyak dunia yang terus mengalami penurunan.

Dia memperkirakan laba bersih LSIP akan dibawah estimasi saat ini Rp 701 miliar karena penurunan harga CPO yang telah anjlok cukup besar secara year to date dan estimasi penjualan mencapai Rp 4,32 triliun. Kendati demikian, dia tetap mempertahankan buy saham LSIP dengan target harga Rp 1.545. Pasalnya, valuasi harga sudah terdepresiasi atau harga yang ada saat ini sudah merefleksikan penurunan harga CPO.

Editor: Barratut Taqiyyah


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*