Prospek emas hitam masih suram saja

Prospek emas hitam masih suram saja

JAKARTA. Kabar seretnya pasokan di pasar Eropa mengerek harga batubara. Namun, harga batubara diprediksi tidak akan mampu menguat tajam, bahkan cenderung akan tergerus lagi.

Data Bloomberg menunjukkan, Rabu (15/1), harga batubara kontrak pengiriman Februari 2014 di Bursa ICE Eropa naik 0,73% dibanding hari sebelumnya menjadi US$ 83,20 per metrik ton (MT). Namun, jika dihitung sejak akhir tahun lalu, harga emas hitam ini sudah tergerus sebesar 3,59% ketika menyentuh level US$ 86,30 per MT.

Kabarnya, Kolombia mengurangi pasokan batubara ke Eropa sekitar 10% atau setara 50 juta ton pada tahun ini. Pemerintah Kolombia membuat kebijakan agar produsen batubara membangun fasilitas pengiriman langsung dari pelabuhan sendiri mulai 1 Januari 2014.

Alhasil, perusahaan tambang Drummond, yang menyediakan sepertiga ekspor batubara Kolombia, harus menghentikan ekspor batubara hingga Maret, sampai pelabuhan selesai dibangun.

Kebijakan itu mendongkrak harga batubara, apalagi permintaan sedang naik di musim dingin. Namun, Frenc Bank Societe Generale menyebut, pelarangan ekspor itu tidak akan berdampak lama, sebab suplier lain, seperti dari Amerika akan mengirimkan pasokan ke Eopa.

Analis komoditas, Ibrahim menilai, penguatan harga batubara lebih dipengaruhi laju  harga minyak mentah dunia. “Ketika harga minyak naik, maka ikut mendorong harga batubara,” jelasnya.

Cenderung turun

Namun, hingga akhir pekan, Ibrahim memprediksi, harga batubara akan fluktuatif, dengan kecenderungan turun. Apalagi, jika data tenaga kerja AS yang dirilis akhir pekan ini dapat menguatkan dollar AS.  Selain itu, data PDB China diprediksikan memburuk. “Jika benar, harga batubara akan jatuh,” kata Ibrahim.

Managing Partner Investa Sarana Mandiri, Kiswoyo Adi Joe sependapat. Ia memprediksi, harga batubara sulit menguat, karena kurang katalis positif. Apalagi, jika Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Cina sudah beroperasi, permintaan akan turun. Belum lagi pasokan dari Indonesia masih banyak. “Sehingga pembatasan ekspor kurang ada efeknya,” paparnya.

Maka, Kiswoyo memprediksi, harga batubara akan cenderung tertekan di kisaran US$ 82-US$ 84 per MT.

Secara teknikal, Ibrahim menyebut, bollinger sudah 30% di atas bollinger tengah yang menunjukkan penurunan. Moving Average (MA) sudah 40% dari bollinger tengah, yang menunjukkan kenaikan sementara. Namun, stochastic sudah 80% negatif dan Relative Strength Index (RSI) juga 65% negatif, yang menunjukkan penurunan.

Walaupun Moving Average Convergence Divergence (MACD) masih 65% positif, namun jangka pendek masih cenderung turun. Prediksi Ibrahim, harga batubara akan bergulir di kisaran US$ 80,50-US$ 84,00 per MT.

Editor: Dupla


Sumber: http://rss.kontan.co.id/v2/investasi

Speak Your Mind

*

*