Properti dan Komoditas Tekan Bursa Asia

INILAHCOM, Singapura – Bursa Asia berakhir memerah pada perdagangan Senin (19/12/2016). Bursa Hong Kong mengalami aksi jual merespon perlambatan properti.

Saham pengembang di China membebani bursa di Hong Kong. Aksi jual juga terjadi pada pasar obligasi seiring perlambatan sektor ekonomi.

“properti dan pasar obligasi serta komoditas fisik dipandang sebagai pencapaian yang sudah stagnan,” kata analis di China Macquarie, Erwin Sanft. Dia kecewa dengan Central Conference China Economic Work pada pekan lalu yang tidak memiliki stimulus signifikan terutama untuk pengendalian risiko keuangan.

Indeks Nikkei turun 0,1 persen, indeks Hang Seng melemah 0,8 persen, indeks Kospi turun 0,2 persen, indeks ASX turun 0,5 persen. Australia terancam penurunan rating dengan defisit anggaran, seperti marketwatch.com.

Sementara ekspor Jepang naik 79 persen dari tahun lalu senilai US$288 juta dengan lonjakan permintaan dari China. Saham China turun tipis dengan kekhawatiran pelarian modal asing. Indikasinya dengan aksi jual obligasi pemerintah.

Obligasi dengan tenor 10 tahun turun 1,1 persen sebagai penurunan terbesar untuk obligasi pemerintah. Sesuai aturan maka otomatis menghentikan perdagangan pasar modal juka jatuh 2 persen lebih dalam sehari.

Indeks Shanghai turun 0,2 persen dan Shenzhen Composite turun 0,4 persen. Logam China pada Sein turun di akhir perdagangan. Ini mencerminkan panic selling terhadap kelebihan pasokan. Kotnrak perdagangan berjangka di Dalian Commodity Exchange turun 7,2 persen. Order jual menumpuk selama 15 menit di akhir sesi. Harga komoditas baja turun 5,7 persen.

Sementara pertumbuhan harga rumah di China mengelami perlambatan tajam di bulan November. Pasar dibatasi pengawasan sektor properti di kota besar dan pengawasan dari regulator terhadap pinjaman bank ke para pengembang.

Harga rata-rata rumah baru di 70 kita naik 0,6 persen di bulan November dari bulan Oktober. Padahal di bulan Oktober naik 1,1 persen.

Bursa Hang Seng turun terseret saham para pengembang di China. Saham China Vanke turun 3,2 persen, China Overseas Land & Investment turun 1,4 persen dan Longfor Property turun 2,7 persen.

Saham China Vanke jatuh karena menghentikan kesepakatan untuk membanun Shenzhen Metro Group. Pemegang saham China Vanke menentang kesepakatan tersebut. Vanke salah satu pengembang properti terbesar di China.


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*