Produksi terancam loyo, CPO merekah

JAKARTA. Harga minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) mulai pulih. Laju kenaikan harga minyak nabati bisa berlanjut hingga akhir tahun ini. Maklum, masih ada ancaman El Nino dan mata uang Asia sangat murah.

Mengutip Bloomberg, Kamis (1/10) pukul 15.45 WIB, CPO pengiriman Desember 2015 di Malaysia Derivative Exchange naik 2,32% ke RM 2.430 atau setara US$ 551,43 per metrik ton (MT). Harga mendekati level tertinggi setahun di RM 2.451 per MT, pada Selasa (29/9).

Di dalam negeri, harga CPO pengiriman Desember 2015 di Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) naik 2,22% ke Rp 8.075 per kilogram.

Senior Research and Analyst Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menilai, penguatan CPO saat mata uang Asia, terutama ringgit dan rupiah jatuh di hadapan dollar AS. Kemarin, nilai tukar ringgit versus dollar AS di 4,4082, termurah sejak 1998. Sementara, rupiah di pasar spot masih Rp 14.678 per dollar AS. Mendekati level terlemah 17 tahun terakhir.

Pelemahan mata uang di duet negara produsen terbesar CPO ini menyebabkan harga jual minyak sawit lebih murah. Alhasil, harga lebih bersaing dengan minyak kedelai, sehingga menarik minat pelaku pasar. Di sisi lain, produksi CPO Indonesia dan Malaysia diperkirakan menyusut akibat El-Nino.

Produksi Indonesia tahun ini sekitar 23,1 juta ton, di bawah perkiraan semula, 33 juta ton. Sedangkan, produksi Malaysia tahun depan diprediksi terpangkas 1 juta ton menjadi 19 juta ton. “El-Nino bisa menyebabkan kekeringan berlanjut hingga awal tahun depan,” ujarnya.

Saat muncul kekhawatiran suplai menyusut, India menambah pembelian untuk memenuhi pasokan minyak nabati domestik yang seret.

Research and Analyst Fortis Asia Futures Deddy Yusuf Siregar mengamini kenaikan permintaan di pasar global. Ini terindikasi dari data Intertek yang menyebutkan, ekspor Malaysia periode September naik 0,7% menjadi 1,55 juta ton. Apabila fundamental tidak banyak berubah, hingga akhir tahun ini harga minyak sawit bisa terus naik.

Apalagi, spekulasi kenaikan fed fund rate bisa terus melambungkan dollar, sehingga ringgit dan rupiah masih lemah. Ini menguntungkan bagi pergerakan harga CPO. Prediksi Deddy, hingga tutup tahun ini, harga minyak sawit bisa di RM 2.400 hingga RM 2.500 per metrik ton.

Dorab Mistry, Direktur Godrej Industries Ltd, menduga, apabila ringgit masih lemah, harga minyak sawit bakal di RM 2.100-RM 2.400 per MT. “Bahkan, bisa saja ditutup di RM 2.500 pada penghujung tahun ini,” katanya, seperti dikutip Bloomberg, Selasa (30/9).

Trader Sprint Exim Singapura Rajesh Modi menambahkan, kabut asap yang menerpa sebagian wilayah Indonesia bakal mengganggu produksi minyak sawit. Hal ini bisa menjaga harga CPO di RM 2.350 hingga RM 2.450 per metrik ton.

Indikator teknikal juga mendukung kenaikan. Harga masih bergerak di atas moving average (MA) 50, 100 dan 200. Lalu, garis moving average convergence divergence (MACD) di area positif 47 berpola uptrend. Indikator RSI di level 65 dan stochastic pada level 70. Keduanya mengarah naik.

Prediksi Ariston, hingga akhir pekan ini, harga bergulir RM 2.350-RM 2.520 per MT. Sementara Deddy menebak, hari ini bisa menuju resistance RM 2.500 per metrik ton, dengan support RM 2.400 per MT.

Editor: Barratut Taqiyyah.


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*