“Produksi minyak kita saat ini sekitar 800.000 barel per hari. Tapi dalam beberapa hari terahir sekitar 777.000 barel per hari,” kata Direktur Pengendalian Dukungan Bisnis, SKK Migas Rudianto Rimbono, kepada detikFinance, Kamis (18/6/2015).
Dari jumlah 800.000 barel per hari, sebanyak 15% menjadi milik perusahaan minyak atau Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) sedangkan sisanya menjadi bagian negara. Pemerintah juga mesih terkena beban harus membayar cost recovery rata-rata 30% dari total uang hasil pendapatan sektor hulu migas.
“Dari produksi minyak itu, 15% jadi hak-nya KKKS. Belum lagi dipotong cost recovery rata-rata 30% dari setiap hasil penjualan minyak dan gas bumi,” katanya Direktur Pembinaan Hulu Migas, Djoko Siswanto.
Melihat kondisi seperti ini, tentunya pemerintah tidak boleh tinggal diam dengan hanya mengandalkan impor minyak.
“Pemerintah harus kerja keras bagaimana caranya konsumsi masyarakat BBM turun,” kata Wakil Ketua Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Fanshurullah Asa.
Fanshurullah mengatakan, melepas subsidi BBM membuat harga bensin dan solar di masyarakat sesuai harga pasar. Trend dengan harga minyak naik separti saat ini mencapai US$ 70 per barel, harga Premium keekonomian sudah di atas Rp 8.000 per liter. Next
(rrd/dnl)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com
—
Distribusi: finance.detik
Speak Your Mind