Presiden: tekanan rupiah karena penguatan dolar AS

Jakarta (ANTARA News) – Presiden Joko Widodo mengatakan tekanan pada mata uang rupiah disebabkan oleh penguatan dolar Amerika Serikat dan dialami oleh mata uang negara-negara lainnya sehingga ia menilai hal ini hanya bersifat sementara.

“Jadi perkembangan tadi kita dapat laporan dari Gubernur Bank Indonesia dan kita semua harap agar itu bersifat sementara karena ini dipicu penguatan dolar AS terhadap semua mata uang dunia. Kita juga ingin agar rupiah ini bergerak pada level yang aman,” kata Presiden di ruang wartawan Istana Presiden Jakarta, Senin petang.

Presiden juga mengatakan dengan kondisi saat ini, pemerintah juga melakukan sejumlah hal untuk memastikan hal ini tidak terlalu mempengaruhi kondisi perekonomian nasional.

“Tadi kita sampaikan itu pada Gubernur Bank Indonesia. Karena kalau kita lihat informasi dari ekonom juga dunia usaha, investor juga melihat bahwa kita memang sudah melakukan perbaikan-perbaikan dalam perekonomian kita, jelas sekarang lebih longgar dan kelihatan,” kata Presiden.

Kepala Negara mengatakan fundamental ekonomi nasional cukup kuat antara lain terlihat dari deflasi yang terjadi pada Januari 2015 dan Februari 2015.

“Juga dari pembangunan PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu-red), ini akan kita harapkan sinyal baik pada pelaku ekonomi,” paparnya.

Presiden juga menilai dengan cadangan devisa yang dimiliki Indonesia dan aliran investasi yang masuk hingga Februari 2015 maka ia berkeyakinan fundamental ekonomi nasional kuat.

Senin malam, Presiden melangsungkan rapat terbatas yang berlangsung intern. Sepanjang Senin Presiden melakukan pertemuan dengan Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo dan sejumlah menteri di bidang ekonomi seperti Menteri ESDM Sudirman Said, Menteri Pekerjaan Umum Basuki Hadimuljono, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Muliaman Hadad dan Menteri Perdagangan Rachmat Gobel.

Editor: B Kunto Wibisono

COPYRIGHT © ANTARA 2015


Distribusi: ANTARA News – Ekonomi – Bursa

Speak Your Mind

*

*