Poundsterling Masih dalam Pola Bearish terhadap Dollar AS

Mata uang poundsterling Inggris terpantau masih melanjutkan pergerakan bearish terhadap dollar AS pada sesi perdagangan hari ini (20/3). Mata uang dari negeri Duchess of Cambridge ini melemah tajam selama dua hari berturut-turut sebelumnya dan mencapai posisi paling rendah dalam lima minggu di tengah dukungan sentiment positif yang amat kuat terhadap dollar AS. Mata uang Amerika Serikat tersebut mengalami peningkatan terhadap rival-rivalnya termasuk yen setelah Janet Yellen memberikan sinyal kemungkinan FFR akan dinaikkan lebih cepat dari yang diperkirakan.

Pada akhir rapat FOMC Fed diputuskan bahwa bank sentral akan kembali menurunkan program pembelian obligasi bulanannya. Kali ini Fed menurunkan pembelian obligasi jangka pendek sebesar 5 miliar dollar menjadi 25 miliar dollar per bulan dan pembelian obligasi jangka panjang diturunkan juga sebesar 5 miliar dollar menjadi 30 miliar dollar per bulan.

Keputusan tapering tersebut tidak direspon terlalu besar oleh para investor sebab hal tersebut memang telah diperkirakan secara luas. Para investor lebih fokus kepada pernyataan Yellen bahwa suku bunga acuan kemungkinan dinaikkan enam bulan setelah Fed mengakhiri program stimulusnya.

Nilai tukar poundsterling pagi ini berada di level 1.6541 dollar. Mata uang Inggris tersebut mengalami kenaikan tipis dibandingkan dengan posisi penutupan perdagangan dini hari tadi yang berada di level 1.6539 dollar. Kemarin poundsterling sempat mengalami pelemahan yang signifikan dan mencapai posisi 1.6508 dollar, terendah sejak tanggal 12 Februari yang lalu.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting memperkirakan bahwa pergerakan nilai tukar poundsterling terhadap dollar AS hari ini akan cenderung mengalami penurunan lanjutan. Mata uang ini diperkirakan akan bergerak pada kisaran 1.6510 – 1.6575 dollar.

Ika Akbarwati/Senior Analyst Economic Research at Vibiz Research/VM/VBN                       

Editor: Jul Allens


Distribusi: Vibiznews

Speak Your Mind

*

*