PHEI: Pasar Obligasi 2015 Tumbuh 4,2 Persen

INILAHCOM, Jakarta – PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) mengemukakan bahwa kinerja pasar surat utang atau obligasi di Indonesia mencatatkan kinerja positif dengan membukukan imbal hasil tumbuh 4,2 persen selama 2015.

“Indonesia Composite Bond Index (ICBI) yang menggambarkan kinerja pasar obligasi Indonesia di tahun 2015 bergerak positif. ICBI pada tahun 2015 mencatatkan ‘positive return’ tahun berjalan sebesar 4,2 persen ‘year to date’ (ytd) dari level 175,8939 menjadi 183,2759,” papar Direktur PHEI Wahyu Trenggono dalam keterangan resmi di Jakarta, Sabtu (2/1/2016).

Menurut dia, komitmen pemerintah untuk memperbaiki pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan melalui paket kebijakan ekonomi jilid I hingga VIII menimbulkan harapan positif di pasar obligasi.

“Harapan positif itu kemudian ditunjang dengan membaiknya indikator inflasi yang dalam tren penurunan dan diperkirakan berada di sekitar 3,0 persen pada akhir tahun 2015 serta membaiknya defisit neraca transaksi berjalan,” katanya.

Disamping itu, lanjut dia, adanya prospek naiknya peringkat “sovereign rating” Indonesia dari Standard and Poor’s (S&P) pada tahun 2016 turut menjadi katalis positif pasar obligasi.

Meski masih positif, ia mengakui bahwa pertumbuhan imbal hasil itu masih lebih rendah dibanding pencapaian tahun berjalan di tahun 2014 yang mencatatkan kenaikan 12,6 persen.

Menurut dia, salah satu faktor yang menahan kinerja obligasi pada 2015 lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yakni ketidakseimbangan pertumbuhan ekonomi global.

“Membaiknya ekonomi Amerika Serikat tidak diikuti dengan ekonomi Tiongkok, Jepang, dan negara di kawasan Eropa, sehingga memicu mata uang dolar AS terhadap mata uang global termasuk rupiah menguat,” katanya.

Pada 2016, Wahyu Trenggono optimistis pasar obligasi domestik masih memiliki prospek membaik dari tahun 2015 seiring dengan potensi membaiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan naik ke level 5,3 persen.

“Potensi membaiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia itu didorong oleh efek dari realisasi paket kebijakan ekonomi jilid I hingga VIII,” katanya.

Selain itu, lanjut dia, adanya potensi penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) pada kuartal I 2016 juga diproyeksikan dapat mendorong penurunan “yield” yang dapat berdampak positif terhadap pasar obligasi.

Namun demikian, Wahyu Trenggono mengatakan bahwa sejumlah risiko juga perlu dicermati oleh pelaku pasar obligasi di tahun 2016 diantaranya risiko penguatan mata uang dolar AS akibat kebijakan bank sentral AS (The Fed) agresif atau tidaknya menaikkan suku bunga acuan lanjutan.

Dari dalam negeri, lanjut dia, risiko kurang efektifnya implementasi paket kebijakan dan rendahnya serapan anggaran juga dapat menjadi faktor penahan kinerja pasar obligasi pada 2016. (tar)


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*