Perundingan Nuklir Iran Belum Kelar, Harga Minyak Dunia Turun

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK — Harga minyak dunia turun pada Selasa (Rabu pagi WIB) (1/4) disebabkan karena kelebihan pasokan. Selain itu, dunia dan Iran sedang dalam kesepakatan tentang program nuklir Teheran yang bisa meringankan sanksi pada produsen minyak itu.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei, melemah untuk hari ketiga berturut-turut. Harga melemah 1,08 dolar AS menjadi 47,60 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Mei, patokan global, turun 1,18 dolar AS menjadi menetap di 55,11 dolar AS per barel.

Perundingan maraton di Lausanne, Swiss, tampaknya akan gagal mencapai batas waktu tengah malam Selasa (22.00 GMT) untuk menyetujui garis-garis besar kesepakatan yang bisa mengarah ke pengurangan sanksi terhadap Iran didasarkan pada keyakinan bahwa Teheran sedang mengembangkan senjata nuklir. 

Amerika Serikat menyatakan kemajuan dalam perundingan nuklir dengan Iran membuat tenggat waktu yang seharusnya berakhir pada Selasa waktu setempat diperpanjang satu hari.

“Kami telah mencapai sejumlah kemajuan sepanjang beberapa hari terakhir sehingga cukup alasan untuk memperpanjang tenggat waktu sampai Rabu. Masih ada beberapa persoalan sulit yang tersisa,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat Marie Harf.

Keputusan itu disampaikan pada hari keenam perundingan maraton di Swiss yang berniat mencapai persetujuan mencegah Iran mengembangkan persenjataan nuklir. Perundingan itu dihadiri oleh perwakilan Iran di satu sisi dengan Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Rusia, Tiongkok, dan Jerman (atau dikenal dengan P5+1).

Analis Commerzbank mengatakan bahwa Iran memiliki setidaknya 30 juta barel minyak di penyimpanan di atas kapal-kapal tanker. “Dengan kata lain, hal itu bisa membuat tambahan satu juta barel minyak mentah tersedia per hari selama setidaknya satu bulan jika sanksi itu jadi dicabut, tanpa harus meningkatkan produksi minyaknya, menempatkan tekanan langsung di pasar,” Commerzbank mengatakan dalam sebuah catatan penelitian.


Distribusi: Republika Online RSS Feed

Speak Your Mind

*

*