Pertumbuhan Properti Melambat, Namun Optimis Dalan Jangka Panjang


shadow

Financeroll – Pelaku usaha menilai bisnis properti tahun ini memang melambat namun mereka tetap optimistis karena investasi sektor ini dalam jangka panjang akan terus bergeliat.

Direktur Utama PT Summarecon Agung Tbk Adrianto P. Adri menuturkan bisnis properti 2015 mengalami perlambatan akibat kondisi makro ekonomi rupiah yang terdepresiasi oleh dolar.

“Masalah depresiasi nilai mata uang menciptakan adanya sebuah ketidakkepastian, sedangkan kalau banyak ketidakpastian, maka ekonomi tidak akan berjalan. Hal ini menyebabkan para investor atau calon pembeli memilih untuk bersikap wait and see,” ujarnya.

Pengembang menyiasati dengan membuat inovasi terhadap produk, agar tetap menarik minat pasar.

Dalam jangka pendek atau setahun ini, sektor properti mengalami perlambatan. Namun, secara jangka menengah dan jangka panjang, Indonesia masih menarik untuk investasi bisnis properti, termasuk dari investor asing.

“Investor asing melihat kekuatan market kita, kondisi bisnis Indonesia yang bergeliat, dan harga properti yang tergolong murah. Makanya dalam jangka menegah dan panjang, menurut teman-teman pengembang, bisnis properti masih cukup positif,” tuturnya.

Senada, Vice President The One Partners Min Sung Kim atau bisa dipanggil Jonathan menuturkan dalam jangka panjang investasi properti Indonesia sangat menarik.

Pasalnya, saat ini pemerintah indonesia sedang berfokus pada pengembangan infrastruktur. Bila fasilitas-fasilitas tersebut sudah rampung, maka ekonomi kembali akan bergeliat termasuk sektor properti.

Sebagai informasi, PT The One Partners merupakan salah satu anak perusahaan The Voo Architect & Engineers Group asal Korea yang bergerak di bidang pengembangan properti.

Pada akhir April, mereka meluncurkan Royal Tulip Resort & Spa dengan investasi Rp250 miliar.

Royal Tulip Resort & Spa dengan standar bintang 5 menggabungkan konsep hotel dan vila, sehingga bisa disebut vilatel.

Ada 61 unit yang ditawarkan dan terdiri dari tiga tipe, antara lain 1 kamar tidur dengan luas bangunan 175,72 m2 (50 unit), 2 kamar tidur dengan luas bangunan 223,65 m2 (10 unit), dan 3 kamar tidur dengan luas 582,68 m2 (1 unit). Masing-masing dibanderol US$374.850 atau Rp4,3 miliar dan US$540.0000 atau Rp6,2 miliar.

Sedangkan untuk sewa, tipe 1 kamar tidur dibanderol US$380 per malam dan tipe 2 kamar tidur sekitar US$500 per malam.

Pengembangan Royal Tulip Spa & Resort sudah dimulai Februari 2015 dan ditargetkan rampung pada Desember 2016. Pengoperasian vilatel sendiri dilakukan Januari 2017.


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*