Pertumbuhan Ekonomi Q1 Jepang Melambat

Pertumbuhan ekonomi Jepang pada kuartal pertama tahun ini direvisi turun dari perkiraan semula karena adanya penyesuaian dalam persediaan bisnis, demikian Kantor Kabinet mengatakan.

Ekonomi Jepang meningkat pada tingkat tahunan 1,0 persen pada periode Januari-Maret, kurang dari setengah perkiraan awal pertumbuhan 2,2 persen, data Kantor Kabinet menunjukkan pada hari Kamis (08/06).

Data produk domestik bruto (PDB) yang direvisi dibandingkan dengan perkiraan median ekspansi 2,4 persen dalam jajak pendapat Reuters.

Data Kantor Kabinet mengikuti indikator baru-baru ini yang menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi berlanjut di kuartal saat ini karena ekspor yang mantap dan produksi pabrik, walaupun pertumbuhan upah dan pengeluaran rumah tangga tetap tidak memuaskan, terlepas dari pasar kerja yang ketat.

Data PDB yang lebih lemah dari perkiraan kemungkinan akan mengkhawatirkan Bank of Japan, yang diharapkan dapat bertahan pada tinjauan suku bunga berikutnya pada tanggal 15-16 Juni. Mayoritas ekonom diproyeksikan dalam jajak pendapat Reuters bulan lalu, langkah selanjutnya BOJ akan menarik kembali stimulusnya.

Analis mengatakan bahwa untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi, pemulihan yang dipimpin ekspor harus menyebar ke permintaan domestik terutama karena risiko perlambatan potensial di ekonomi luar negeri, terutama ekonomi A.S., yang beberapa orang anggap pada tahap akhir ekspansi.

Secara kuartalan ekonomi Jepang yang direvisi tumbuh 0,3 persen, turun dibandingkan pembacaan awal kenaikan 0,5 persen dan perkiraan median ekspansi 0,6 persen.

Belanja modal, komponen kunci dari PDB, naik 0,6 persen untuk kuartal ini, dibandingkan perkiraan awal kenaikan 0,2 persen.

Persediaan mencukur 0,1 persen dari pertumbuhan, merevisi turun dari kontribusi 0,1 persen poin yang awalnya diposkan.

Konsumsi swasta, yang menyumbang sekitar 60 persen dari ekonomi, naik 0,3 persen, turun dari kenaikan awal 0,4 persen.

Upah dan belanja konsumen yang ketat membuat Jepang tidak mengalami deflasi, merupakan tantangan utama bagi BOJ dalam mencapai 2 persen target harga melalui program pembelian obligasi secara besar-besaran.

Secara keseluruhan, permintaan domestik memberi kontribusi 0,1 persen terhadap pertumbuhan, dibandingkan dengan 0,4 persen awal yang tercatat. Ekspor bersih ditambahkan 0,1 poin ke pertumbuhan, tidak berubah dari perkiraan awal.

Doni/ VMN/VBN/ Analyst-Vibiz Research Center 
Editor: Asido Situmorang


Distribusi: Vibiznews

Speak Your Mind

*

*