Persaingan Prabowo-Jokowi Semakin Ketat, Bagaimana Nasib Rupiah?

Jakarta -Persaingan ketat kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla semakin terasa menjelang pemilihan presiden 9 Juli 2014 mendatang. Apakah ini akan mempengaruhi nilai tukar rupiah?

Ekonom Standard Chartered Bank Eric Alexander Sugandi menyatakan, berbagai survei menunjukkan jarak antara Prabowo-Hatta dengan Jokowi-JK semakin tipis. Bahkan ada lembaga survei yang menyebut Prabowo mengungguli Jokowi.

Dalam prediksi awal tahun, pelaku pasar menjagokan Jokowi-JK untuk bisa menang mutlak. Namun usai pemilihan legislatif, para pelaku pasar mulai menyesuaikan pilihan mereka.

“Intinya apakah rupiah akan melemah atau tidak, ini tergantung dengan ekspektasi pasar. Di awal tahun, prediksi pasar Jokowi-JK akan menang mutlak. Tapi setelah ada pileg, pelaku pasar mulai melakukan adjustment,” kata Eric saat dihubungi detikFinance di Jakarta, Jumat (4/7/2014).

Eric menjelaskan, persaingan ketat ini tentunya bakal berpengaruh terhadap kondisi perekonomian Indonesia, utamanya pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Semisal Jokowi-JK bisa memenangkan pilpres, perlu upaya ekstra agar setiap kebijakan pemerintah mendapat restu dari DPR. Ini karena sebagian besar partai yang lolos ke Senayan pada 2014-2019 adalah bagian dari Koalisi Merah Putih yang mengusung Prabowo-Hatta.

“Kalau pun nanti Jokowi-JK menang, harus ada penyesuaian dengan parlemen karena suara mereka cenderung ke kubu Prabowo,” ujarnya.

Berbagai asumsi ini kemudian mendorong pergerakan nilai tukar rupiah berfluktuasi. Kalau ekspektasi pasar terhadap pemenang pilpres meleset, Eric menduga rupiah akan melemah hingga ke level Rp 12.500 per dolar AS. Namun sebaliknya, kalau ternyata prediksi awal pasar terpenuhi maka rupiah bisa menguat hingga Rp 11.600 per dolar AS.

“Jika sesuai ekspektasi, penguatan rupiah bisa di angka Rp 11.600 per dolar AS. Tidak terlalu banyak penguatannya. Ini sudah priced in secara bertahap. Tapi jika tidak sesuai ekspektasi, maka rupiah akan melemah hingga Rp 12.500 per dolar AS. Itu pelemahan maksimal, tidak akan lebih dari itu,” terangnya.

Meski begitu, demikian Eric, imbas dari pilpres terhadap pergerakan nilai tukar rupiah hanya akan berlangsung sementara. Selanjutnya keadaan akan berbalik normal. Rupiah akan kembali pada level fundamentalnya di kisaran Rp 11.600 per dolar AS.

“Siapa pun yang terpilih, imbas nilai tukar rupiah akan terasa pada kuartal III-2014. Euforia juga akan berlangsung hanya dalam hitungan minggu, setelah itu normal lagi. Setelah itu, di kuartal IV-2014 rupiah mulai stabil di angka Rp 11.600 per dolar AS. Ini sesuai fundamental ekonomi yang mulai membaik, presiden sudah jelas, menteri-menteri sudah ditentukan, dan risiko ekonomi politik sudah membaik,” jelas Eric.

(drk/hds)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*