Permintaan surut, harga minyak loyo

JAKARTA. Harga minyak mentah kian meredup. Pelaku pasar khawatir permintaan minyak bakal lesu di tengah suplai yang relatif besar. Jumat (12/9), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober 2014 di New York Merchantile Exchange (Nymex) terkikis 0,6% dari hari sebelumnya ke US$ 92,27 per barel. Posisi itu mendekati level terendah tujuh bulan.

Sementara, harga minyak Brent pengiriman November 2014 di ICE Futures Europe terjungkal ke level US$ 97,96 per barel. Ini adalah harga terendah sejak Juni 2013.

Pekan lalu, Amerika Serikat (AS) melaporkan, sepekan terakhir, stok bahan bakar diesel dan minyak pemanas, naik 4,09 juta barel menjadi 127,5 juta barel. Pasokan ini tertinggi dalam hampir setahun. Sedang, konsumsi bahan bakar justru turun 6,8% menjadi 18,6 juta barel dalam sepekan yang berakhir 5 September. Ini level terendah sejak Juni 2014.

Data ini menjawab kekhawatiran pasar atas tingginya suplai minyak. Alhasil, harga minyak tergelincir. Harga minyak kian terperosok, setelah International Energy Agency (IEA) memproyeksi, tahun depan, permintaan minyak dunia naik 1,2 juta barel menjadi 93,8 juta barel per hari. Ini lebih rendah dibanding proyeksi bulan lalu sebesar 1,36 juta barel sehari.

Sinyal lesunya permintaan tecermin dari data ekspor Arab Saudi. Menurut IEA, ekspor Arab Saudi berada di level terendah tiga tahun, karena lesunya permintaan dari China dan Eropa. “Laporan EIA menyetir harga di pasar,” ujar John Kilduff, partner Again Capital LLC, perusahaan hedge fund yang fokus di sektor energi, seperti dikutip Bloomberg, Jumat (12/9).

Tonny Mariano, analis PT Harvest International Futures menambahkan, penurunan harga minyak juga dipicu penguatan nilai tukar dollar AS, dan meredanya ketegangan di Timur Tengah. Picu bargain hunting Menurut Tonny, pekan ini, harga minyak relatif tertekan, karena dollar AS masih kokoh. “Tapi ada peluang naik terbatas di awal pekan, karena aksi beli saat harga murah (bargain hunting),” ujarnya.

Senior Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, Zulfirman Basir mengatakan, harga minyak masih akan diselimuti sentimen negatif karena lesunya permintaan global. Tapi, investor juga akan mengantisipasi rencana Uni Eropa & AS menjatuhkan sanksi ke Rusia.

“Ini bisa menahan koreksi harga lebih dalam, sebab ada kekhawatiran suplai minyak dari Rusia tersendat,” ujarnya. Secara teknikal, harga minyak masih bergerak di bawah moving average (MA) 50, 100, dan 200 harian. Ini sinyal masih adanya tekanan. Indikator lain, MACD masih terperangkap di area negatif. RSI dan stochastic bergerak turun. Prediksi Zulfirman, pekan ini, minyak akan bergulir antara US$ 90,4-US$ 95,35 per barel.

Tonny menduga, harga akan bergerak di kisaran US$ 91-US$ 95 per barel.

Editor: Barratut Taqiyyah


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*