Perjalanan Properti di Jakarta, Sebelum dan Sesudah Kemerdekaan

shadow

Jakarta - Bundaran HI - LIFEFINANCEROLL – Perkembangan Kota Jakarta dalam 70 tahun terakhir ini sangat pesat, termasuk sektor properti. Lamudi, portal properti global sejak 2013 – melakukan kajian atas perjalanan sektor properti di Ibu Kota. Dari desa kecil di masa lalu, hingga berdirinya gedung-gedung mewah pencakar langit hari ini.


Sekitar tujuh dekade lalu, dengan biaya Rp 120 ribu, Anda bisa mendirikan bangunan di Indonesia. Sekarang, untuk membangun gedung yang sama, Anda perlu merogoh uang miliaran hingga triliunan rupiah. Tahun ini, tepatnya pada tanggal 17 Agustus, Indonesia memperingati 69 tahun kemerdekaannya. Sejak tahun 1945, semua aspek masyarakat telah mengalami perubahan besar. Dan, tak ada perubahan yang lebih jelas daripada sektor properti. Sebagai bagian dari perayaan hari kemerdekaan, portal properti global, Lamudi, menyusun lima perubahan penting dalam pasar properti lokal dari sebelum hingga sesudah melewati momen kemerdekaan.

1. Sulitnya Hak Milik Properti
Pada periode pra-kemerdekaan, setidaknya terdapat 60 juta jiwa tinggal di Indonesia. Pada saat itu, hampir tidak mungkin bagi pribumi lokal untuk memperoleh hak milik atas properti karena kurangnya akses ke mata uang yang berlaku, Gulden. Penelitian Lamudi menunjukkan, pada tahun 1930, biaya untuk membeli 100 meter persegi tanah mencapai 1.8 kali pendapatan rata-rata seseorang. Sekarang, dengan luas tanah yang sama, biayanya lebih dari 65 kali upah rata-rata di Jakarta.

2. Pemicu Perkembangan Properti
Besarnya dominasi Jakarta dalam dunia perpolitikan dan perdagangan memicu peningkatan dramatis dalam kepadatan penduduk. Dan peningkatan jumlah penduduk inilah, yang pada akhirnya, membuat properti kian diminati di ibukota.
Sebagai contoh, pada tahun pertama proklamasi, penduduk Jakarta berkisar 600 ribu jiwa, dengan kepadatan (sekitar) 900 jiwa per kilometer persegi. Lima tahun setelahnya, tercatat tambahan 400 ribu orang dari jumlah sebelumnya. Kepadatannya menjadi lebih dari 1.000 jiwa per kilometer persegi. Kini, kepadatan penduduk telah mencapai 10 kali lipat, yakni lebih dari 10 ribu orang per kilometer persegi. Data ini tak lagi mengejutkan, mengingat secara keseluruhan, populasi Jabodetabek sudah di atas 28 juta penduduk. Lebih dari 64 persen di antaranya adalah masyarakat kelas menengah dan atas. Menurut Boston Consulting Group, pada tahun 2020, populasi kelas menengah di Jakarta akan berkembang menjadi 30 juta orang. Hal ini, pastinya, akan meningkatkan permintaan untuk perumahan di masa mendatang.

3. Hutan Pohon Jadi Hutan Beton
Dalam bukunya yang berjudul “Jakarta 1950-an: Kenangan Masa Remaja,” Dr Firman Lubis menyatakan bahwa, dulu, Kampung Pedurenan adalah sebuah desa yang sepi. Sangat indah dan hijau karena banyaknya pepohonan. Namun, pada pertengahan 1950, desa itu berubah drastis. Penduduk mulai berdatangan, bangunan-bangunan didirikan untuk tempat tinggal dan beragam keperluan.
Pada periode 2009-2012, konstruksi bangunan gedung pencakar langit di Jakarta (di atas 150 meter) meningkat 87.5% dari periode yang sama sebelum tahun 2009. Pada tahun 2020, jumlah gedung pencakar langit diperkirakan bertambah lagi, hingga mencapai 250 unit. Hal ini membuat Jakarta sebagai salah satu kota dengan pertumbuhan tercepat di dunia.

4. Meroketnya Harga Properti
Sebelum proklamasi, berapa biaya yang dibutuhkan untuk membangun rumah atau kantor di Jakarta? Pada tahun 1950, untuk membangun kantor pemerintahan, biayanya sekitar Rp 120 ribu – Rp 200 ribu saja2.Sekarang, untuk membangun gedung dengan ukuran yang sama, Anda harus menyediakan uang hingga puluhan miliar rupiah. Untuk harga properti premium, bahkan Jakarta menjadi yang tertinggi di dunia, naik 38,1% dibandingkan tahun lalu. Salah satu alasan kenapa ini terjadi adalah inflasi hiper sebesar 650 persen pada masa pemerintahan Sukarno, 1965. Alhasil, harga-harga melesat tinggi, yaitu 1.000 persen, utamanya untuk tanah dan bangunan.

5. Masih Terjangkau di Sejumlah Lokasi
Tingginya harga tanah dan bangunan, serta kelangkaan lokasi, mungkin membuat Anda pesimis untuk menemukan sebuah rumah di Jakarta dan kota-kota lainnya. Namun sebenarnya, peluang memiliki properti masih terjangkau di beberapa tempat.
Dengan perkembangan teknologi yang pesat, Anda bisa melakukan penelusuran informasi dan lokasi yang Anda butuhkan di internet. Contohnya, dengan mengakses portal berplatform online seperti Lamudi Indonesia ciptakan, Anda bisa mendapatkan informasi pasar properti terbaru di Indonesia, sebelum akhirnya membuat keputusan pembelian.[Lamudi]


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*