Pergerakan IHSG Masih Didorong Oleh Sentimen Politik Dalam Negeri


shadow

FINANCEROLL – Pada bulan 31 Oktober 2014 IHSG ditutup di level 5089, melemah -48 poin atau setara -0.93% dibandingkan bulan September 2014. Diawal bulan, IHSG sempat turun hingga menuju ke level terendah dalam bulan Oktober pada 4913 setelah Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi untuk bulan September mencapai 0.27%. Untuk inflasi tahun kalender sebesar 3.71% dan inflasi tahunan (YoY) sebesar 4.53%.

Neraca perdagangan Indonesia Agustus mengalami deficit US$ 318.1 juta. Market juga merespon negatif terhadap hasil pemilihan ketua MPR yang dilaksanakan pada awal Oktober ini. Kondisi ini ditambah dengan Koalisi Merah Putih (KMP) yang cenderung mendominasi kursi MPR. Adanya kekhawatiran kedepannya kemungkinan akan menghambat kebijakan pemerintahan baru Joko Widodo dan Jusuf kalla. Disamping itu, IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2014 dari 3,4 persen menjadi 3,3 persen. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi global pada 2015 direvisi dari 4,4 persen menjadi 3,8 persen. IMF juga memperingatkan mengenai dampak perlambatan ekonomi Eropa. Menjelang pelantikan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla pada tanggal 20 Oktober 2014 market kembali rebound hingga menyentuh level 5103 pada tanggal 23 Oktober. Setelah pengumuman kabinet yang dinamakan Kabinet Kerja terdiri dari 34 mentri , investor berharap kedepannya susunan kabinet ini dapat melaksanakan tugasnya sesuai ekspektasi. Sebelumnya, nama-nama mentri dalam Kabinet Kerja ini telah diperiksa oleh KPK.

Kurs Dollar terhadap Rupiah sempat menguat di level Rp 11993 per USD pada saat menjelang pelantikan Presiden Repubik Indonesia periode 2014-2019 dan sentimen positif dari pertemuan antara Joko Widodo dan Prabowo Subianto yang menandakan telah mencairnya ketegangan atara Koalisi Indonesia Hebat dan Koalisi Merah Putih. Namun, Rupiah kembali melemah yang masih didorong oleh kekhawatiran data ekonomi Indonesia yang belum membaik terutama data

Current Account Deficit. Selain itu dengan berakhirnya QE oleh The Fed, Kebijakan ini juga diartikan oleh pelaku pasar bahwa The Fed akan mengakhiri tren suku bunga rendah dalam waktu yang lebih dekat seiringi dengan membaiknya perekonomian Amerika Serikat. Sentimen dalam negeri juga tidak kalah menariknya, sudah ada kepastian bahwa harga subsidi BBM akan dinaikan sebelum akhir tahun yang mana hal ini akan berdampak positif untuk jangka panjang.

Perkembangan mengenai dana asing di pasar modal indonesia masih terjadi Net Sell sebesar Rp 3,17 Triliun selama bulan Oktober 2014. Namun, jumlah tersebut lebih baik jika dibandingkan bulan lalu Net Sell 7.4 triliun. Dua minggu awal bulan Oktober, investor asing melakukan aksi jual (net sell) hingga angka tertingginya mencapai Rp 1,4 triliun (dalam sehari). Hal ini masih didorong oleh sentiment politik dalam negeri yang masih bergeliat dan proyeksi IMF pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini direvisi turun dari 5,5 persen menjadi 5,2 persen.

Meski begitu, pada dua minggu terakhir di bulan Oktober, setelah pelantikan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, investor asing mulai melakukan aksi net buy hingga angka tertingginya menyentuh Rp 1,9 triliun (dalam sehari). Investor mulai berharap pada susunan kabinet baru pemerintah yang telah terbentuk akan melaksanakan kebijakan yang pro terhadap pasar.(Rosa/Millenium Danatama Sekuritas)


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*