Perdagangan BEI Saham Perbankan Memerah Diawal Pekan

Perdagangan BEI Saham Perbankan Memerah Diawal Pekan

Financeroll – Perdagangan awal pekan Senin (10/02/2014) sejumlah saham perbankan mengalami penurunan dan menjadi faktor pelemahan indeks saham gabungan (IHSG).

Beberapa bank seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk., dan PT Bank OCBC NISP Tbk., sebenarnya telah merilis laporan keuangan periode 2013 pada Senin (10/2/2014).

Termasuk PT Bank Rakyat Indonesia Tbk., telah merilis laporan keuangan sejak Januari 2014 lalu, harga sahamnya juga ikut turun. Kinerja ketiga bank itu mencatatkan laba yang tumbuh ketimbang tahun sebelumnya.

Kendati demikian, saham BTN pada perdagangan Senin (10/2/2014) justru turun setelah sebelumnya mencatatkan kenaikan cukup signifikan. BBTN tercatat turun 30 poin dari pembukaan Rp1.030 per lembar menjadi Rp1.000.

Saham BBTN sempat menyentuh level tertinggi Rp1.065 pada perdagangan kemarin pukul 09.11 WIB dan level terendah Rp995 pada pukul 14.32 WIB.

Selain BBTN, emiten perbankan lain juga tercatat merah pada perdagangan sepanjang hari kemarin. BBCA terkoreksi 200 poin menjadi Rp10.050 dari pembukaan perdagangan Rp10.250 per lembar.

Begitu pula saham BMRI yang turun 25 poin menjadi Rp8.750 dari pembukaan sebesar Rp8.775 per lembar. BBRI juga mengalami nasib yang sama, turun 25 poin dari Rp8.725 menjadi Rp8.700 per saham.

Akan tetapi, saham BDMN terpantau masih hijau yang meningkat 90 poin menjadi Rp4.470 dari sebelumnya Rp4.380 per saham. BBNI juga menghijau dengan kenaikan 30 poin menjadi Rp4.280 per saham.

Secara keseluruhan indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup turun 0,36% ke level 4.450,75 kemarin. IHSG terkoreksi setelah menguat 2,61% selama tiga hari berturut-turut.

BBCA yang turun 1,71% dan BBRI yang turun 0,57% menjadi salah satu dari 4 saham penekan IHSG. Sedangkan BDMN yang naik 2,05% menjadi salah satu pendorong IHSG.

Turunnya saham-saham perbankan diprediksi akibat pola perilaku dari pelaku pasar modal. Meski beberapa emiten perbankan telah melaporkan kinerja keuangan, pelaku pasar lebih tertarik kepada aksi profit taking.

Bagi BBTN, BMRI dan BBRI, bantahan manajemen terkait informasi rencana akuisisi BTN oleh bank lainnya justru menambah sentimen negatif.

Pada saat BTN dan Bank OCBC NISP merilis laporan keuangan, kondisi pasar dan mood investor sedang ingin jualan dan profit taking.

Padahal, kinerja BTN misalnya, lebih tinggi dari ekspektasi analis. Kinerja yang diprediksi sejumlah analis memperkirakan laba BTN hanya tumbuh 10%-12% akibat mengetatnya likuiditas dan aturan Loan to Value (LTV) dari Bank Indonesia.

Kendati demikian, kinerja positif emiten perbankan itu direspons dingin oleh pelaku pasar yang justru memilih profit taking dan menekan IHSG.

Hingga akhir tahun ini, analis merekomendasikan saham-saham bank besar masih layak untuk dikoleksi. Bank-bank besar masih memiliki ruang untuk meningkatkan pendapatan dari fee base income dan kredit bila suku bunga acuan atau BI Rate tak naik lagi.

facebookgoogle_plusredditpinterestlinkedinmail


(Sumber : http://financeroll.co.id/feed/ )

Speak Your Mind

*

*