Penyaluran Kredit Kesegmen Mikro Semakin Ketat


shadow

Financeroll – Kalangan perbankan meyakini persaingan dalam penyaluran kredit ke segmen mikro bakal semakin ketat tahun depan. Apalagi jika pembatasan suku bunga kredit jadi diberlakukan.

Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk mengatakan kalau hal itu tidak terlalu khawatir, tapi kemungkinan persaingan meningkat tahun depan.

Suku bunga kredit mikro yang ditetapkan BRI saat ini masih lebih rendah ketimbang bank BUMN lainnya. Jika Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membatasi suku bunga kredit mikro, besarannya tidak akan di bawah 19%.

Suku bunga 19% itu sudah ideal, tidak bisa disamakan dengan korporasi, overhead mikro besar.

Tahun depan BRI akan terus memacu penyaluran kredit mikro yang selama ini memberikan kontribusi terbesar pada pendapatan perseroan. Per September 2014 total penyaluran kredit ke segmen mikro tercatat Rp148,43 triliun, naik Rp15,8% dari periode yang sama 2013. Jumlah nasabah kredit mikro BRI hingga kuartal III/2014 tercatat 7,1 juta.

Belum lagi migrasi debitur kredit usaha rakyat (KUR) ke kredit komersial yang telah mencapai 942.763 nasabah sejak program tersebut diluncurkan pada 2007. Hingga September 2014, migrasi debitur KUR BRI mencapai 942.763 nasabah, dengan plafon pinjaman Rp15,3 triliun. Kondisi itu membuat BRI optimistis bakal memenuhi target penyaluran kredit mikro.

Direktur Utama BRI Sofyan Basir mengatakan hingga akhir tahun ini pertumbuhan penyaluran kredit BRI diharapkan mencapai 15%, sedangkan tahun depan, pertumbuhan kredit ditargetkan kembali ke level 20%. Hingga September 2014 BRI sudah menyalurkan kredit Rp464,19 triliun, meningkat 12,32% dibandingkan periode yang sama dari 2013 yang tercatat Rp413,27 triliun.

Tak hanya BRI, segmen mikro juga masih menjadi buruan sejumlah bank. PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk misalnya, menegaskan akan fokus pada kredit mikro pada bisnis di periode berikutnya.

Per 30 September 2014, BTPN membukukan pertumbuhan kredit sebesar 13% year-on-year dari Rp45,3 triliun pada 30 September 2013 menjadi Rp 51,1 triliun, dengan non performing loan (NPL) di level 0,8%. Namun, BTPN menegaskan tetap akan berhati-hati dalam menyalurkan dana demi menjaga kualitas kredit.

Hal serupa juga dilakukan PT Bank Bukopin Tbk. Hingga September 2014 Bank Bukopin telah menyalurkan kredit ritel hingga Rp32,33 triliun, tumbuh 23,83% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Dalam keterangan resminya, Direktur Utama Bank Bukopin Glen Glenardi menuturkan peningkatan penyaluran kredit ritel merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk mempertajam fokus bisnis ke segmen yang menawarkan margin lebih baik.

Pertumbuhan kredit Bank Bukopin hingga September 2014 dimotori oleh segmen ritel
yang terdiri dari kredit UKM, mikro, dan consumer yang meningkat 23,83% menjadi Rp32,33 triliun dibandingkan dengan posisi September 2013 yang tercatat Rp26,1 triliun.

Dari total kredit ritel yang disalurkan, segmen UKM tumbuh 18,39% menjadi Rp19,9 triliun, segmen mikro tumbuh 61,63% menjadi Rp4,8 triliun, sedangan segmen consumer tumbuh sebesar 20,52% menjadi Rp7,6 triliun year on year.


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*