Penjualan Turun, Antam Merugi Rp 775,28 Miliar


shadow

Financeroll – Emiten pertambangan, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) sepanjang 2014 membukukan rugi bersih senilai Rp 775,28 miliar. Tahun sebelumnya perusahaan tambang pelat merah itu masih bisa mencatatkan keuntungan Rp 409,94 miliar.  Menurut  laporan keuangan per Desember 2014 yang dirilis perseroan Jumat (6/3), kerugian tersebut disebabkan oleh penjualan yang turun tahun lalu sebesar 16,56% menjadi Rp 9,42 triliun, dari tahun sebelumnya senilai Rp 11,29 triliun.

Untuk diketahui, penurunan penjualan didorong oleh pelemahan harga komoditas, terutama nikel dan emas. Selain itu, kebijakan pemerintah yang melarang ekspor bijih mineral mentah turut berdampak pada kinerja perseroan.  Berdasarkan jenis komoditas, penjualan bersih untuk nikel sepanjang 2014 tercatat sebesar Rp 4,06 triliun, turun 33,66% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 6,12 triliun. Sementara penjualan emas dan permurnian (gold and refinery) sepanjang tahun lalu naik 2,4% menjadi Rp 5,14 triliun dari sebelumnya Rp 5,02 triliun.

Perseroan  tengah mengkaji pemangkasan penawaran umum terbatas saham (rights issue) menjadi sekitar Rp 5,3 triliun, dari rencana semula Rp 10,77 triliun. Hal tersebut seiring dengan penurunan rencana Penyertaan Modal Negara (PMN) menjadi Rp 3,5 triliun, dari Rp 7 triliun.

Sementara itu, Direktur Keuangan Aneka Tambang Djaja Tambunan mengatakan, kepastian rencana rights issue masih perlu melewati sejumlah tahap. Selain di DPR, aksi rights issue juga wajib mendapatkan persetujuan pemegang saham pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang dijadwalkan Maret 2015.  Saat ini, negara menguasai saham emiten berkode ANTM tersebut sekitar 65%, dan sisa 35% dimiliki investor publik.

Menurut Djaja,  pihaknya optimistis rights issue bisa digelar pada tahun 2015. Karena pemangkasan PMN, perseroan pun perlu menghitung ulang penggunaan dana rights issue untuk ekspansi. Pihaknya akan melihat lagi, proyek mana yang bakal menjadi prioritas.  Semula, Antam berencana menggarap tiga mega proyek senilai total USD 3,8 miliar. Pertama, Proyek pengolahan bauksit menjadi grade alumina Mempawah diperkirakan membutuhkan dana keseluruhan USD 1,7 miliar-USD 1,8 miliar atau Rp 22,5 triliun.

Setelah rights issue dieksekusi nanti, kata Djaja, perseroan mempunyai peluang untuk bisa mencari pendanaan eksternal lain. Salah satunya adalah penerbitan obligasi global. Adapun, saat ini, perseroan tengah memfinalisasi pinjaman perbankan senilai USD 100 juta.  [geng]


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*