Penguatan Rupiah Belum Berdampak terhadap Ekspor

Penguatan Rupiah Belum Berdampak terhadap Ekspor

Seorang pengunjung melintas di depan poster gambar Pelabuhan Indonesia dalam acara Indonesia International Infrastructure and Exhibition, Jakarta Convention Centre, Rabu (13/11). Kinerja ekspor Indonesia pada 2013 diperkirakan belum dapat pulih sepenuhnya setelah mengalami defisit neraca perdagangan beberapa kali sepanjang 2012 sedangkan perkembangan impor barang ke Indonesia diperkirakan akan tetap meningkat. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Surakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika belakangan ini menguat. Saat ini nilai tukar rupiah berada di kisaran 11.600 per dolar Amerika. Namun Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia Jawa Tengah Dewanto Kusumo menilai penguatan nilai tukar rupiah belum berdampak signifikan terhadap kinerja ekspor tekstil.

Selama ini eksportir tekstil mematok nilai tukar rupiah Rp 11.500 per dolar AS. “Jadi penguatan nilai tukar rupiah tidak berpengaruh,” kata Dewanto ketika dihubungi, Jumat, 28 Februari 2014.

Menurut Dewanto, jika nilai tukar rupiah di bawah Rp 11 ribu, eksportir tekstil baru merasakan dampaknya. Dengan begitu, para eksportir akan menyesuaikan harga produknya dengan nilai tukar rupiah yang baru.

Dewanto memperkirakan sampai April nanti nilai rupiah berada di kisaran Rp 11.000 per dolar. Sebab, pemerintah berkepentingan menjaga stabilitas ekonomi menjelang pemilihan umum legislatif. “Saya perkirakan rupiah berada di kisaran Rp 11.200 per dolar. Itu masih sesuai harapan,” ucapnya.

Wakil Ketua Bidang Industri Perdagangan dan Tenaga Kerja Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Surakarta David Wijaya memprediksi nilai tukar rupiah masih terus fluktuatif. Para pengusaha diminta tidak terburu-buru menyesuaikan harga produk dengan nilai tukar yang sekarang. “Lihat dulu satu-dua bulan ke depan,” katanya.

Penyesuaian harga produk juga tidak bisa segera dilakukan, terutama untuk produk furnitur. Sebab, biasanya ada kontrak dengan jangka waktu tertentu. Belum lagi soal perhitungan harga bahan baku dan bahan pelengkap. Berbeda dengan produk elektronik, yang penyesuaian harganya kerap mengikuti nilai tukar rupiah.

Dewanto berharap nilai tukar rupiah akan tetap stabil di kisaran Rp 11.500. Sebab, itu memudahkan eksportir dalam menentukan harga jual produk untuk pasaran ekspor.

UKKY PRIMARTANTYO 

Berita Lain:
Chatib Minta OJK Restui Pembukaan Data Bank
PT KAI Buka Layanan Angkutan Barang ke Tanjung Mas
Kabar Gembira, Tunjangan Beras Pensiun Naik
Ekonomi Kuat, Nilai Baru Rupiah Rp 11.600
Indeks Kembali Tembus Level 4.600

 


Sumber: http://www.tempo.co/rss/bisnis

Speak Your Mind

*

*