Penguatan ringgit menyeret harga CPO

JAKARTA. Menguatnya nilai tukar ringgit Malaysia menyeret harga minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO).

Mengutip Bloomberg, Kamis (19/11) pukul 15.52 WIB, harga CPO kontrak pengiriman Februari 2016 di Malaysia Derivative Exchange turun 0,7% ke RM 2.301 per metrik ton atau setara US$ 530,6. Dalam sepekan terakhir harga CPO melorot 3,1%.

Ringgit mencatat penguatan tertinggi dalam bulan ini didorong oleh naiknya harga minyak. Kamis (19/11) nilai tukar ringgit terhadap dollar AS naik cukup tajam sebesar 1,065 ke level 4,34. Dengan penguatan ringgit, maka CPO menjadi kurang menarik karena harganya terlalu mahal.

Namun demikian, Pengamat komoditas SoeGee Futures, Ibrahim mengatakan, harga CPO berpotensi kembali merangkak naik lantaran didukung oleh berbagai sentimen positif.

Meski kondisi ekonomi global sedang melambat, Ibrahim melihat peluang dari kenaikan permintaan di India dan China. Pasalnya, CPO merupakan salah satu kebutuhan pokok di kedua negara tersebut terutama India pada saat perayaan Diwali. “Meski ekonomi melemah, India dan China akan terus membeli CPO,” papar Ibrahim.

Di sisi lain, ada ancaman penurunan cadangan CPO dari Malaysia dan Indonesia akibat kabut asap. Ancaman ini juga yang memicu India dan China meningkatkan permintaan CPO untuk menambah cadangan. Data Intertek menunjukkan, ekspor CPO Malaysia naik 3,9% secara bulanan menjadi 724.992 metrik ton pada periode 1-15 November 2015.

Selain itu, kenaikan harga minyak kedelai juga memicu naiknya CPO mengingat keduanya merupakan barang substitusi. “Musim dingin di Eropa menimbulkan kekawatiran tanaman kedelai akan terganggu sehingga harganya naik,” lanjut Ibrahim.


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*