Pengiriman minyak Iran ke Eropa menahan laju harga

JAKARTA. Harga minyak bergerak naik namun masih enggan melaju ke atas US$ 30 per barel. Kekhawatiran melimpahnya pasokan semakin terang setelah Iran mulai mengirim minyak ke Eropa.

Mengutip Bloomberg, Senin (15/2) 20.10 WIB, harga minyak WTI kontrak pengiriman Maret 2016 di New York Mercantile Exchange menguat 1,4% ke level US$ 29,87 per barel dibanding sehari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir, harga minyak naik 0,6%.

Menurut Pejabat Kementerian Iran, negara tersebut mulai memuat kargo pertama ekspor minyak ke Wilayah Eropa pada hari Minggu lalu. Hla tersebut semakin menambah jumlah pasokan minyak dari negara eksportir yang tergabung dalam OPEC.

Analis SoeGee Futures mengatakan, pengiriman minyak Iran ke Eropa sebenarnya sudah diantisipasi oleh pasar. Iran sudah lama menyatakan akan menggenjot ekspor jika sanksi internasional dicabut.

Akhir pekan lalu minyak mencatat kenaikan cukup tajam hingga 12,32% dari level terendah 12 tahun di US$ 26,21 per barel. “Harga agak tertahan menunggu sentimen positif terkait pemangkasan produksi OPEC,” paparnya.

Pelaku pasar masih ragu jika OPEC akan memangkas produksi minyak. Negara Uni Emirat Arab menyatakan bersedia bekerja sama dengan negara lain untuk memangkas produksi. Sayangnya belum ada tanggapan dari Arab Saudi. Padahal, Arab Saudi merupakan produsen minyak terbesar di OPEC.

Oleh karena itu, keputusan OPEC juga tergantung pada Arab. “Harga minyak bisa terus tertekan jika tidak ada perkembangan positif terkait output,” lanjut Nizar.

Wacana perundingan antara negara OPEC dan non OPEC sempat membuat harga minyak menguat signifikan pada akhir pekan lalu. Namun, sentimen tersebut tidak bertahan lama. Nyatanya, OPEC belum mau menggelar pertemuan darurat meski harga minyak terus melemah.

Di sisi lain, produsen minyak Amerika Serikat (AS) juga menunjukkan catatan kenaikan pasokan. “Kita masih memiliki persediaan 500 juta barel dari cadangan minyak Amerika Serikat (AS) dengan produksi shale sata ini terus dipompa. Sampai ada pemangkasan output, rally minyak tidak akan berkelanjutan,” ujar David Lennox, seorang analis di Fat Prophet Sydney, seperti dikutip Bloomberg.


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*