Pengelolaan Defisit dan Pembiayaan Indonesia Baik, Dukung Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa pengelolaan defisit dan pembiayaan Indonesia tergolong pruden dan produktif. Dengan defisit pembiayaan dan rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang rendah, pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi salah satu yang tertinggi.

Sri Mulyani Indrawati menjelaskan hal tersebut saat memberikan kuliah umum di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada Rabu (28/12) lalu. Sri Mulyani juga membandingkan pengelolaan defisit anggaran dan pembiayaan dalam lima tahun terakhir dengan negara-negara lain yang memperlihatkan Indonesia bisa lebih baik.

Indonesia, defisit rata-rata 2 persen, pertumbuhan ekonomi rata-rata 5,5 persen

India, defisit rata-rata 7,5 persen, pertumbuhan ekonominya 6,7 persen

Brasil, defisit rata-rata 4,9 persen, pertumbuhan ekonominya hanya 1 persen

Jepang, defisit rata-rata 7,7 persen, pertumbuhan ekonomi 0,6 persen

Bahkan, negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris kondisinya juga tidak jauh berbeda bila dibandingkan dengan Brasil.

Menkeu menekankan bahwa pengelolaan defisit dan pembiayaan yang dilakukan secara baik akan memberikan manfaat yang besar bagi suatu negara.

Seperti pembiayaan, salah satunya pinjaman/utang memang memiliki risiko. Namun, jika dikelola dengan benar, pinjaman akan memberikan manfaat yang jauh lebih besar bagi kemajuan suatu negara.

“Jadi tidak boleh melihat utang secara sendiri, tapi harus bisa lihat konteksnya, sehingga bisa lihat risikonya dan apa manfaatnya. Kalau kita utang untuk konsumtif, itu tidak bagus, tapi kalau kita utang untuk membangun (infrastruktur) listrik atau bangun jalan, atau untuk air bersih, maka dia adalah untuk menciptakan kemakmuran yang lebih besar dari ongkos utangnya,” demikian pernyataan Sri Mulyani seperti yang dilansir dalam website Kementerian Keuangan.

Doni/ VMN/VBN/ Analyst-Vibiz Research Center
Editor: Asido Situmorang


Distribusi: Vibiznews

Speak Your Mind

*

*