Pengamat: kebijakan ekonomi positif bagi rupiah

Kupang (ANTARA News) – Pengamat ekonomi Universitas Widya Mandira Kupang Dr Thomas Ola Langoday mengatakan tiga paket kebijakan ekonomi yang telah diumumkan Presiden Jokowi beberapa waktu lalu berdampak positif bagi penguatan nilai tukar rupiah.

Hari ini pemerintah akan mengumukan paket kebijakan ekonomi IV yang memberikan banyak kemudahan bagi pengusaha karena pemangkasan proses birokrasi.

“Harus diakui bahwa langkah dan kebijakan pemerintah melalui tiga paket ekonomi itu ikut memberi dampak bagi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang mengalami penguatan setelah terus berada pada tren pelemahan dalam beberapa bulan terakhir,” katanya kepada Antara di Kupang, Kamis.

Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Widya Mandira (Unwira) Kupang itu mengatakan hal tersebut menanggapi efektivitas paket kebijakan ekonomi pemerintahan dan Bank Indonesia (BI) dan dampaknya terhadap pemulihan nilai tukar rupiah yang sempat lesuh untuk beberapa pekan.

“Meski menguatnya nilai tukar rupiah ini hanya akan berlangsung sementara karena menguatnya bukan karena rupiah, tetapi karena dolar yang melemah bukan hanya rupiah saja, tetapi mata uang negara lain juga, tetap dilihat sebagai bagian dari kebijakan itu,” katnaya.

Menurutnya, penguatan rupiah ini lebih disebabkan oleh faktor eksternal, bukan internal sehingga sangat tergantung pada kondisi global.

“Kita belum bisa lihat pastinya. Kita lihat seminggu ke depan, apakah permanen? Tapi kita lihat ini karena faktor eksternal. Jadi masih tergantung langkah pemerintah. Masyarakat harus menunggu beberapa waktu kedepan untuk memastikan bahwa penguatan rupiah ini akan menunjukkan tren positif,” kata dia.

Dia menyebut nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi bergerak menguat sebesar 338 poin menjadi Rp13.278 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.616 per dolar AS.

Ia menambahkan bahwa fokus pelaku pasar uang pada hari ini (15/10) akan mengarah pada sentimen di dalam negeri. Diharapkan kabar yang muncul sesuai dengan ekspektasi pasar sehingga menopang rupiah tetap bertahan di area positif.

“Pasar menanti angka neraca perdagangan Indonesia yang akan diumumkan pada hari ini (15/10) yang diperkirakan kembali mencatatkan surplus seiring nilai impor yang melambat,” katanya.

Selain itu, lanjut dia, pasar juga menanti kebijakan moneter Bank Indonesia mengenai suku bunga acuan (BI rate), serta paket kebijakan ekonomi jilid IV yang diperkirakan membahas peraturan pasar tenaga kerja.

Perekonomian nasional sejak awal 2015 mengalami kelesuan akibat gejolak yang melanda perekonomian global, terutama karena perkembangan ekonomi Amerika Serikat dan Tiongkok yang sulit diprediksi serta turunnya harga komoditas dunia,” katanya.

“Apakah tiga paket kebijakan yang telah dikeluarkan Presiden Jokowi akan menurunkan biaya produksi dan biaya distribusi bahan baku dan hasil produksi ataukah akan seperti, pasar terus mengikuti realisasi dan perkembangan,” katanya.

Menurut dia, paket ekonomi terutama tahap tiga, yang menurunkan harga bahan bakar minyak jenis solar dan partamax, gas dan listrik, belum bisa dikatakan cukup efektif untuk menurunkan biaya produksi dan biaya distribusi bahan baku dan hasil produksi, karena nasih menunggu dan melihat implementasi di lapangan.

Namun semua ini (ketiga paket kebijakan ekonomi) itu apabila tidak direalisasikan seperti yang diinginkan bersama, maka nilai tukar rupiah bisa melemah lagi terhadap Dollar AS, seperti beberapa pekan terakhir ini.

“Rupiah bisa saja kembali melemah dalam beberapa hari kedepan jika pemerintah tidak berbuat apa-apa untuk mempertahankan penguatan kurs rupiah ini. Jadi jangan terlena dengan penguatan rupiah di tengah dolar AS melemah terhadap sejumlah mata uang termasuk rupiah,” katanya.

Editor: Suryanto

COPYRIGHT © ANTARA 2015


Distribusi: ANTARA News – Ekonomi – Moneter

Speak Your Mind

*

*