Penduduk Miskin Bisa Bekerja, The FED Mulai Lega

shadow

FINANCEROLL – Ditengah maju mundurnya The Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga, kondisi ekonomi AS terus membaik. Kabar terkini, angka pengangguran masih di 5,1%, cukup kuat dan meyakinkan para pengambil kebijakan.

Kepercayaan ini semakin nyata, melihat banyaknya penduduk miskin dan kelompok kurang terpelajar masyarakat AS yang sudah bisa mendapatkan pekerjaan dan menerima pendapatan yang lebih baik. Pertumbuhan pasar tenaga kerja yang baik di Amerika, khususnya yang menyentuh masyarakat kelas bawah telah meningkat, mendekati puncak produksi, tentu akan menjadi pertimbangan penting bagi Bank Sentral AS, The Federal Reserve (FED) untuk menaikkan suku bunganya. The FED telah mematok bahwa angka pengangguran ditargetkan pada kisaran 5,0 – 5,2 persen.

Pelaku pasar yang optimis, melihat tidak ada alasan bagi The FED untuk menunda menaikkan suku bunga yang telah dipertahankan mendekati nol persen sejak Desember 2008 silam. Sebagian pelaku pasar lainnya, yakin bahwa The FED memang masih akan menunda untuk melakukannya. Pertimbangannya adalah kondisi pasar keuangan global saat ini. Rencananya, komisi The FED memang akan melakukan pertemuan reguler dua hari hingga Kamis lusa, agenda yang akan dibahas salah satunya adalah masalah menaikkan suku bunga, apakah bulan ini, atau pada pertemuan selanjutnya. Minoritas pasar, meyakini The FED akan menaikkan suku bunga pada Desember nanti. Hanya 27% pelaku pasar yang meyakini suku bunga akan naik minggu ini. Mayoritas lainnya yakin suku bunga akan dinaikkan di tahun ini, namun bukan pada pertemuan kali ini.

Pada saat pasar tenaga kerja sedang terpuruk, masyarakat kelas bawah adalah yang paling menderita. Sepanjang masa 2007-2009, saat puncak resesi AS, tingkat pengangguran AS diatas 10%,  merupakan masa-masa yang kelam. Hingga Juli kemarin, Gubernur Bank Sentral AS, Janet Yellen menegaskan bahwa terpuruknya pasar tenaga AS telah meukul masyarakat Afro-Amerika dan kelompok masyarakat yang kurang memiliki ketrampilan”. Pada 2008-2009, 1,2 juta warga kulit hitam AS kehilangan pekerjaannya. Di 2011, tingkat pengangguran di masyarakat kulit hitam AS mencapai 16,5%, atau sekitar 7% lebih tinggi diatas tingkat pengangguran nasional. Saat ini, tingkat pengangguran warga kulit hitam AS telah turun ke angka 9% pada Juli kemarin. Masih diatas rata-rata tingkat pengangguran nasional, lebih banyak 4%. Kondisi ini dianggap sudah ideal, mengingat besarannya sama dengan masa sebelum krisis menghantam Amerika Serikat.

Bukan hanya terserapnya warga negro AS saja yang sudah membaik, penduduk AS yang mengantongi pendidikan rendah, juga sudah mulai bisa bekerja kembali. Tanpa gelar sarjana, mereka kini bisa mendapatkan pekerjaan, meski lebih separuhnya merupakan masyarakat negro dan kaum hispanik. Tingkat pengangguran pada kelompok masyarakat ini telah turun menjadi hanya 7,7% pada bulan Agustus lalu, serupa kondisinya seperti saat sebelum krisis pula.

Kondisi yang demikian ini menjadi landasan keyakinan bahwa pasar tenaga kerja AS bisa dikataka telah pulih. Hanya masalah pendapatan kerja yang belum tumbuh tinggi sehingga masih menjadi pemberat pertumbuhan ekonomi AS. Umumnya masyarakat negro memang masih dalam kondisi yang berat. Suka atau tidak suka, golongan masyarakat ini menderita dua kali lipat daripada masyarakat kulit putih AS. Manakala menganggur, orang negro bisa lebih miskin dua kalilipat daropada orang kulit putih yang menganggur. Kesenjangan yang demikian ini, menjadi alasan lain bahwa The Fed harus memecahkan masalahnya sebelum menaikkan suku bunganya.

Disaat yang sama, kenaikan jumlah orang negro yang bekerja kembali menunjukkan kondisi pasar yang lebih baik. Kondisi ini seperti saat tahun 2004 dimana orang-orang Negro banyak yang kembali bekerja membanjiri pasar tenaga kerja yang sedang tumbuh paska anjlok saat krisis di tahun 2001.

Turunnya tingkat pengangguran AS sejak resesi terakhir ini, terkait dengan penurunan jumlah penduduk AS yang mencari pekerjaan. Meski demikian, jumlah angkatan kerja AS masih stabil dalam satu tahun terakhir ini. Jumlah penduduk AS yang memiliki pekerjaan, atau tengah mencari satu pekerjaan stabil. Disaat resesi menghantam, angkatan kerja AS mengalami kontraksi hebat sehingga jutaan pekerja terpaksa kehilangan pekerjaan. Tingkat pengangguran hanya turun 1 persen dalam periode itu.

Sejak tahun lalu, lapangan kerja nampak menunjukkan pemulihan dan terus membaik hingga saat ini mencerminkan kondisi masa depan yang lebih cerah. Porsi penduduk AS yang masuk angkatan kerja, dikenal sebagai tingkat partisipasi, mengalami peningkatan sebesar 2% diantara masyarakat kulit hitam, meningkat 1% untuk kaum hispanik dan masyarakat kulit putih justru menurun, sehingga tingkat partisipasi hanya tumbuh sedikit dibandingkan tahun lalu. Secara keseluruhan, tingkat partisipasi memang stabil, dibawah angka 63%, tingkat partispasi juga meningkat pada masyarakat kelompok produktif, berusia 25-54 tahun. Kelompok produktif negro mengalami peningkatan partisipasi pula sejak tahun lalu. Ini berarti mereka telah pulih bahkan lebih baik angka rata-ratanya dibandingkan saat sebelum krisis tahun 2007.

Pulihnya pasar tenaga kerja AS juga diukur dari banyaknya tenaga kerja dengan pendidikan rendah, dibawah sarjana, yang bisa mendapatkan pekerjaan. Para pekerja disektor layanan publik, pariwisata dan industri hospitality, merupakan sektor yang paling rendah upahnya dalam perekonomian AS, pendapatan mereka rata-rata $12,33 per jam dalam 12 bulan ini. Hingga bulan Agustus, mengalami kenaikan 3,1 % dari tahun lalu dan pertumbuhan upahnya memang paling tinggi dibandingkan sektor lain yang hanya naik rata-rata 2% saja. Pendapatan mingguan juga meningkat bagi pekerja industri dikalangan masyarakat miskin AS dibandingkan satu tahun setengah lalu. (Lukman Hqeem)


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*