Pendapatan Tower Bersama Kuartal I-2015 Rp827 M

INILAHCOM, Jakarta – PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) membukukan pendapatan pada kuartal pertama tahun 2015 sebesar Rp827 miliar, meningkat sekitar 5,9 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp781 miliar.

“Pada kuartal ini, terdapat dua penyesuaian yang berdampak pada pendapatan, jumlah penyewaan dan marjin EBITDA perseroan,” kata CEO TBIG Hardi Wijaya Liong dalam siaran pers di Jakarta, Selasa (26/5/2015).

Penyesuaian itu, dijelaskan, meskipun perseroan menambah 118 menara baru dan 348 penyewaan, jumlah penyewaan perseroan turun di kuartal ini disebabkan terutama oleh keputusan perseroan untuk tidak mencatat penyewaan dan pendapatan dari Bakrie Telecom.

Perseroan juga merestrukturisasi beberapa perjanjian dengan operator sehingga semua beban listrik dari penyewaan perseroan akan diteruskan langsung ke operator. Hal itu berdampak pada pendapatan dan beban yang akhirnya meningkatkan marjin EBITDA perseroan menjadi 84,9 persen.

Sementara itu tercatat, EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi) perseroan pada kuartal I tahun ini sebesar Rp702 miliar dan jika disetahunkan maka total EBITDA mencapai Rp2,808 triliun.

Per 31 Maret 2015, TBIG memiliki 18.836 penyewaan dan 11.873 site telekomunikasi. Site telekomunikasi milik Perseroan terdiri dari 10,868 menara telekomunikasi, 941 shelter-only, dan 64 jaringan DAS. Dengan angka total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 17.831, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) perseroan menjadi 1,64.

Dipaparkan juga, per 31 Maret 2015, total pinjaman perseroan dalam mata uang dolar AS yang telah dilindung nilai sebesar Rp15,176 triliun dan total pinjaman senior sebesar Rp7,371 triliun. Dengan saldo kas yang mencapai Rp696 miliar, maka total pinjaman bersih menjadi Rp14,301 triliun dan total pinjaman senior bersih perseroan menjadi Rp6,675 triliun.

Dengan menggunakan EBITDA triwulan pertama 2015 yang disetahunkan, maka rasio pinjaman bersih terhadap EBITDA adalah 2,38 kali dan pinjaman bersih terhadap EBITDA adalah 5.09 kali.

“Keputusan kami untuk tidak mengakui pendapatan dari Bakrie Telecom menyebabkan sedikit kenaikan pada rasio utang kami. Namun, dengan tingkat rasio utang bersih pada EBITDA sekarang, kami tetap memiliki ruang yang cukup berdasarkan pembatasan finansial kami untuk pembiayaan tambahan dan apabila melihat pertumbuhan penyewaan dan proyeksi arus kas, kami mempunyai ekspektasi akan adanya penurunan tingkat ‘leverage’ pada bulan-bulan berikutnya,” papar Hardi Wijaya Liomg. [tar]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*