Pendapatan OPEC Tinggal Separuh, Investor Mulailah Beli Saham


shadow

Jatuhnya harga minyak mentah saat ini benar-benar menjadi berkah, terlebih bagi bursa saham AS yang diperkirakan akan mengakhiri catatan penutup tahun ini dengan manis.

FINANCEROLL – Berdasarkan data terkini dari AAA, jatuhnya harga minyak mentah membuat harga ritel gasoline disekitar $2.477, untuk pertama kalinya harga ritel gasoline dibawah $2.50 sejak Januari 2009. Hal ini seiring dengan kesadaran kelas menengah AS dan masyarakat bawah yang ingin bisa menyisihkan uang lebih banyak untuk membeli hadiah Natal dan bepergian mengunjungi sanak saudara.

Syukurlah, apa yang terjadi ini merupakan minyak perangsang bagi kebangkitan ekonomi AS lebih lanjut. Bagaimana tidak, dengan jatuhnya harga minyak membuat jutaan rakyat AS bisa lebih banyak menyisihkan uangnya untuk belanja di akhir tahun dan bepergian kesanak-familinya. Tentunya ini adalah sesuatu yang belum pernah dilihat oleh para investor dalam beberapa bulan ini.

AAA juga menyatakan bahwa setidaknya 98.6 juta rakyat AS akan melakukan perjalanan setidaknya 50 mil atau bahkan lebih selama musim liburan akhir tahun ini, umumnya meraka akan melakukan perjalan darat dengan mengendarai kendaraan sendiri. Bagi sebagian yang memilih moda angkutan udara, jatuhnya harga minyak juga menurunkan harga bahan bakar pesawat terbang. Alhasil harga tiket pesawat juga menurun, sesuatu yang akan menarik minat konsumen untuk bepergian pula dengan pesawat terbang.Kesempatan ini tentu tidak disia-siakan oleh maskapai-maskapai penerbangan untuk meraup penumpang yang lebih banyak lagi. Setidaknya, para investor yang menjadi pemegang saham maskapai tentu sudah melihat potensi dibalik jatuhnya harga minyak mentah saat ini.

Disisi lain, jatuhnya harga minyak mentah ini memang tidak bisa membahagiakan semua pihak. Kartel minyak, OPEC diperkirakan kehilangan separuh pendapatannya. Sebagaimana kita pahami bahwa jatuhnya harga minyak mentah dan komoditi lainnya telah menjadi pukulan yang hebat. Setidaknya sejak pertemuan OPEC pada 27 November kemarin, baik Arab Saudi dan Kuwait telah sama-sama berusaha untuk menunjukkan langkah-langkah penyelamatan pasar disaat harus berjuang pula agar bahtera ini tidak tenggelam oleh sekutu-sekutu mereka yang menurun pendapatannya akibat jatuhnya harga minyak.

Pihak EIA memperkirakan pendapatan di 2014 akan sekitar $700 milyar atau mengalami penurunan sebesar 8% dari 2013. Sesuatu yang tidak terlalu buruk memang. Sebaliknya, bagi kartel minyak diperkirakan mereka akan kehilangan pendapatan hampir $400 milyar di tahun 2015 ini. Ini merupakan separuh pendapatan mereka di 2013 yang bisa menjadi sebuah ancaman serius bagi negara-negara anggota OPEC yang sangat tergantung pendapatannya dari dari minyak untuk membiayai sejumlah program sosial.

Arab Saudi, Kuwait, dan Irak memiliki separuh dari total pendapatan negara-negara OPEC, sehingga saat negara-negara seperti Venezuela dan Angola tidak bisa bertahan dengan jatuhnya harga minyak, hanya masalah waktu saja sebelum kartel tersebut membuat keputusan lain atau sama-sama memangkas produksi minyak jika tidak ingin melihat sejawatnya tenggelam.

Memang OPEC yang telah kehilangan separuh pendapatannya dalam dua tahun ini dan Rubel Rusia yang turun seiring dengan jatuhnya harga minyak, namun belum tentu harga minyak sendiri masih akan seburuk itu.

Mustahil memang untuk merujuk harga pasar secara tepat, namun dari padangan umum terbersit bahwa setidaknya diakhir Juni nanti harga minyak mentah akan kembali naik. Dengan asumsi yang demikian, diyakini bahwa saham-saham sektor ini akan menjadi tujuan yang tepat untuk menjadi sasaran aksi beli kembali saat ini. Khususnya saham-saham sektor minyak dan energi dari daratan Amerika Utara.

Sebelumnya, ketakutan pasar akan jatuhnya harga minyak membuat saham-saham tersebut ditinggalkan oleh para investor. Aksi jual yang dilakukan dan berpaling dari mereka saat menyentuh harga termurahnya dalam lima tahun terakhir ini adalah sesuatu yang absurb. Jika kita berharap harga saham tersebut akan kembali semurah saat 2009 silam dan baru kita akan membelinya, maka langkah ini kurang tepat.

Jadi kenapa masih terbang kesana-kemari, apakah panik ? nampaknya memang demikian. Harga minyak tidak akan kemana-mana, meski harga minyak telah jatuh. Buktinya perusahaan-perusahaan minyak tetap saja mengebor minyak . Ini berarti bahwa harga minyak tidak akan jatuh begitu dalam. Menunggu harga minyak mentah naik kembali, Investor bisa memilah untuk membeli saham-saham di lantai bursa.


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*