Pemerintah Tak Serius Antisipasi Depresiasi Rupiah

Muhammad Idrus, KetuaUmum Asosiasi Pedagang Valuta Asing (APVA) – (Foto: Muhamadidrus.com)

INILAHCOM, Jakarta – Pemerintah tampaknya tidak serius melakukan upaya menahan laju depresiasi rupiah terhadap dolar AS. Kondisi eksternal selalu menjadi kambing hitam terhadap pelemahan rupiah yang terus terjadi.

“Pemerintah seringkali menyalahkan kondisi eksternal. Padahal pemerintah sendiri tidak melakukan hal yang serius untuk melakukan antisipasi,” ungkap Muhammad Idrus, KetuaUmum Asosiasi Pedagang Valuta Asing (APVA), kepada INILAHCOM, di Jakarta, Senin (8/6/2015).

Menurut Idrus, saat ini kondisi ekonomi Amerika Serikat sudah semakin membaik terlihat dari perekonomian negara Paman Sam itu berhasil menciptakan 280.000 lapangan kerja pada Mei lalu. Kondisi itu membuat spekulasi di pasar keuangan bahwa bank sentral AS (the Fed) akan menaikan suku bunga acuannya pada tahun ini. Spekulasi itu yang mendorong investor pasar uang untuk menarik asetnya dari negara berkembang menuju ke AS.

“Artinya jangan sampai pemerintah terlambat terus mengantisipasi pelemahan rupiah, jangan dulu bilang aman,” imbuh Bang Idrus, demikian sapaan akrabnya. Seharusnya, lanjutnya, ada upaya serius dari moneter dan fiskal untuk membendung depresiasi terlalu dalam.

Ia juga melihat Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas moneter mengeluarkan kebijakan yang aneh. Di saat laju inflasi dibayangi lonjakan, BI tetap mengeluarkan kebijakan tingkat suku bunga rendah dengan alasan untuk mendukung pertumbuhan.

“Ada kesan BI terintervensi dalam melakukan kebijakan moneternya. Market dengan mudah membaca situasi ini,” papar pendiri kelompok usaha Kinan Grup ini.

Kondisi depresiasi ini sangat buruk karena mendorong inflasi. Sehingga pendapatan masyarakat kelas menengah yang tumbuh berkurang. Menurutnya, dibutuhkan rencana mitigasi yang substansial. “Jangan malu akui kita belum siap. Pemerintahan harus punya action plan mitigasi depresiasi untuk jangka pendek,” tegasnya.

Ia juga menengarai data yang disuplai kepada pemerintah soal kemandirian ekonomi tidak sesuai dengan kondisi riil. Misalnya ketersediaan bahan pangan pokok, hingga soal swasembada pangan yang katanya sesuai target. Sementara jumlah penduduk terus bertambah dengan kebutuhan pangan yang sangat besar serta lahan pertanian yang terus tergerus industry dan sektor properti. “Saat ini pengusaha atau pemilik modal sudah pegang data masing-masing, tidak bisa percaya begitu saja apa yang dilaporkan pemerintah,” imbuhnya.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Senin (8/6/2015) sore melemah 90 poin menjadi Rp13.380 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.290 per dolar AS. Sementara kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada hari yang sama juga rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.360 dibandingkan hari sebelumnya Rp13.288. [mdr]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*