Pemangkasan Stimulus Bebani Rupiah

Pemangkasan Stimulus Bebani Rupiah

TEMPO.CO, Jakarta – Nilai tukar rupiah akhirnya kembali melemah terhadap dolar setelah bank sentral Amerika Serikat (The Fed) memutuskan untuk melanjutkan pemangkasan stimulus moneter (tapering off).

Pemangkasan stimulus moneter senilai US$ 10 miliar menjadi US$ 65 miliar telah meningkatkan kekhawatiran pasar terhadap likuiditas dolar di pasar berkembang. Imbasnya, di pasar uang rupiah ditutup melemah 47 poin (0,39 persen) ke level 12.213 per dolar AS.

Ekonom PT Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih, mengatakan kepastian tapering off semakin membebani laju rupiah. Pelaku pasar yang sebelumnya sudah khawatir dengan kemerosotan mata uang Argentina dan Turki semakin gelisah dengan dampak jangka panjang tapering. “Pelaku pasar akan menunggu seberapa jauh dampak tapering terhadap pelemahan mata uang regional.”

Lana meyakini, pelemahan rupiah saat ini lebih dominan disebabkan oleh sentimen eksternal ketimbang faktor fundamental ekonomi. Neraca perdagangan Indonesia yang mulai berjalan positif dan laju inflasi yang cukup terkendali, menjadi indikasi bahwa kondisi likuditas dolar di pasar dalam negeri masih sangat tersedia. Tekanan terhadap rupiah lebih didominasi faktor sentimen global.

Karena itu, Lana optimistis bahwa kebijakan pemangkasan stimulus tidak akan membuat rupiah bergerak terlalu liar. Data ekonomi Februari yang juga diprediksi kembali membaik, akan menjadi sentimen positif yang mendorong penguatan rupiah. “Efek positif pengetatan moneter diharapkan membuat data ekonomi bulan Februari masih positif,” tutup dia.

PDAT | MEGEL JEKSON


Sumber: http://www.tempo.co/rss/bisnis

Speak Your Mind

*

*